Fakta : Siang Resmikan Jembatan Ampera Palembang, Malamnya Ahmad Yani Di Culik Gestapu

  • Sabtu, 30 September 2017 - 22:42 WIB
  • Nasional
Jendral Ahmad Yani
Jendral Ahmad Yani

 

MANAberita.com — MENGINGAT nama Ahmad Yani pasti yang terbesit adalah sosok gagah Pahlawan Revolusi yang gugur ditembak oleh pasukan Tjakrabirawa di rumahnya.

Namun, ternyata masih banyak juga anak-anak muda yang tidak mengetahui kiprah sosok Jenderal yang sering dikatakan sebagai Jenderal kesayangan Bung Karno ini. Bahkan dari beberapa sumber disebutkan bahwa Bung Karno akan menyerahkan  tongkat estafet sebagai Presiden kepada Menteri Panglima Angkatan Darat (Menpangad) ini, bila Bung Karno pensiun nanti.

Jendral Ahmad Yani bersama keluarga

Jendral Ahmad Yani lahir di Purworejo pada tanggal 19 Juni 1922. Pendidikan pertamanya adalah HIS di daerah bogor dan tamat pada tahun 1935.

Kemudian sekolahnya di lanjutkan ke MULO kelas B Afd, Bogor hingga tahun 1938 yang kemudian diteruskan ke AMS bagian B Afd, Jakarta. Sayangnya sekolah ini tidak bisa dilanjutkan karena menjalani wajib militer di tentara Hindia Belanda pemerintah kolonial.

Yani pernah belajar topografi militer di Malang, Jawa Timur, tetapi pendidikan ini terganggu oleh kedatangan pasukan Jepang pada tahun 1942. Inilah awal karir Ahmad Yani di bidang militer. Beliau lulus dari pendidikan militer dengan berpangkat Sersan.

Pada tahun 1944, saat Indonesia masih dijajah oleh Jepang, Jendral TNI ini mendaftarkan diri untuk mengikuti pendidikan Heiho di Magelang, Jawa Tengah. Beliau lalu bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air) daerah cabang Bogor.

Selama proses menuju kemerdekaan, Yani memiliki banyak peran didalamnya. Seperti berhasil menyita senjata Jepang yang berada di Magelang, saat Agrerasi Militer pertama yang diluncurkan oleh Belanda, Yani berhasil menghalaunya.

Baca Juga:
3 Pelaku Begal Ditangkap, Eh Ternyata Salah Satunya Masih Seorang Pelajar SMA

Sementara saat Agrerasi Militer yang kedua, Yani bahkan diangkat menjadi Komandan Wehrkreise II untuk menjaga daerah Kedu.

Jenderal Ahmad Yani

Tidak hanya itu, ketika pemberontakan DI/TII meletus, Yani ditugasi untuk mengatasi pemberontakan itu di daerah Jawa Tengah. Bersama pasukan Benteng Raiders, akhirnya DI/TII berhasil dikalahkan. Setelah tugas itu selesai, beliau kembali ke Staf Angkatan Darat.

Guna memperdalam ilmunya di bidang militer, Yani bahkan diberangkatkan ke Amerika guna menempuh pendidikan di Command and General Staff College di Fort Leaven Worth, Kansas, USA selama sembilan bulan. Setahun kemudian beliau melanjutkann sekolah militer selama dua bulan di Inggris mengambil Spesial Warfre Course.

Karena jasa dan prestasi beliau, pada tahun 1962, Ahmad Yani diangkat oleh Presiden Soekarno menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat.

Baca Juga:
Dalam Satu Hari Polresta Palembang Ungkap Kasus Penculikan Siswi SMK N 7

Yani akhirnya menjadi sasaran target PKI lantaran dirinya tidak setuju dan selalu bertolak belakang dengan PKI dalam masalah politik. Bahkan, saat PKI berusaha membentuk angkatan kelima yang merupakan mempersenjatai rakyat biasa dan buruh tani, Yani menjadi orang yang pertama menentangnya.

Sebelumnya diketahui jika keempat angkatan bersenjata dan polisi) dan PKI memaksa Soekarno mencoba untuk memaksakannya Nasakom (Nasionalisme-Agama-Komunisme) doktrin di militer.

Karena sifat tegasnya menolak usul tersebut, ia akhirnya menjadi target penculikan dan pembunuhan PKI pada tahun 1965.

Bermula saat tanggal 30 September pagi, Yani akhirnya menggantikan Presiden Soekarno untuk meresmikan jembatan megah dan ikon di Kota Palembang,  jembatan Bung Karno (Sekarang bernama Jembatan Ampera).

Baca Juga:
Inflasi Di Inggris Mencapai Level Tertinggi Dalam 40 Tahun Terakhir Yaitu 9,1 Persen

Setelah selesai, Yani segera kembali ke Jakarta. Tepatnya pada tanggal 1 Oktober 1965, pukul 04.00 dini hari. Rumahnya yang berada di jalan Lembang, no 67, Menteng, Jakarta Pusat itu tiba-tiba diketuk oleh pasukan Cakrabirawa dan pemuda rakyat yang langsung mendobrak pintu.

Tanpa rasa takut, Yani berusaha melawan dan dan meninju salah satu pasukan Cakrabirawa, hal itulah justru membuat pasukan tersebut berang dan langsung menembak Yani yang masih memakai piyama tidur berwarna abu-abu.

Soekarno menangis di pusara Jenderal (anumerta) Ahmad Yani

Setelah ditembak, Yani diseret dengan posisi kepala dibawah dan diculik. Jenazah Yani ditemukan keesokan harinya di sebuah sumur berdiameter 75 senti meter dan kedalaman 12 meter di wilayah Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Beliau bersama ketujuh perwira yang menjadi korban keganasan PKI kemudian dinamai sebagai Pahlawan  Revolusi dan pangkatnya dinaikkan secara Anumerta yang awalnya Letnan menjadi Jendral. (Dil)

Komentar

Terbaru