Inilah Isi Surat yang Dituliskan Oleh Kartini Untuk Temannya di Belanda, Ada Tentang Suaminya Juga!

  • Sabtu, 21 April 2018 - 07:05 WIB
  • Tokoh
Raden Ajeng Kartini
Raden Ajeng Kartini

MANAberita.com — HARI ini (21/04) tepat dengan jatuhnya hari Kartini. Masyarakat Indonesia beramai-ramai memperingati hari ini dengan berbagai cara, mulai dari memakai kebaya hingga yang lainnya. Tapi, apa sih tujuan dari perayaan ini?

Hari Kartini ini pun gunanya mengingat apa yang Kartini perjuangkan kala itu dimasanya adalah dimana kaum wanita begitu tertinggal dibandingkan apa yang didapat oleh kaum pria sehingga ia mempelopori para wanita agar mendapatkan hak yang setara dengan kaum pria dapatkan khususnya hak mendapatkan pendidikan.

Tak hanya itu, semasa hidupnya, Kartini sempat menuliskan beberapa surat untuk temannya yang ada di Belanda. Tak lama setelah Kartini menutup usia, Mr JH Abendanon kemudian mengumpulkan dan menerbitkannya dalam sebuah buku berjudul “Door Duisternis tot Licht”.

Buku tersebut kali pertama diterbitkan pada 1911. Sebelas tahun kemudian atau pada tahun 1922, terjemahannya dalam bahasa Melayu, yang berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang” diterbitkan Balai Pustaka.

Penasaran seperti apa sih isi dari kutipan surat yang ditulis oleh Kartini? Yuk cek ulasan yang kami lansir dari Tribunjogja.com:

Love! what do we know here of love? How can we love a man whom we have never known? And how could he love us? That in itself would not be possible. Young girls and men must be kept rigidly apart, and are never allowed to meet.”

Cinta! Apa yang kita ketahui tentang cinta? Bagaimana kita dapat mencintai seorang pria yang tak pernah kita kenal sebelumnya? Bagaimana pria itu dapat mencintai kita? Tentu saja mustahil. Perempuan dan laki-laki muda dipisahkan, dan tak pernah diijinkan untuk berjumpa. (Jepara – 25 Mei 1899)

– “How can a man and woman love each other when they see each other for the first time in their lives after they are already fast bound in the chains of wedlock?

Baca Juga:
Duta Besar Ukraina Bilang Ukraina Tak Kan Hilang Harapan

Bagaimana mungkin seorang pria dan wanita dapat mencintai satu dengan yang lain ketika mereka baru berjumpa pertama kali dalam kehidupan ini setelah mereka terikat dalam pernikahan? (Jepara – 6 November 1899)

– “I shall never, never fall in love. To love, there must first be respect, according to my thinking; and I can have no respect for the Javanese young man. How can I respect one who is married and a father, and who, when he has had enough of the mother of his children, brings another woman into his house?”

Saya tak akan pernah, tak akan pernah jatuh cinta. Mencintai, pertama-tama membutuhkan rasa hormat, menurut hemat saya; dan saya tidak dapat menghormati pemuda Jawa muda. Bagaimana saya bisa menghormati seseorang yang telah menikah dan menjadi seorang ayah, dan yang telah memiliki istri yang melahirkan anak-anaknya, membawa perempuan lain ke dalam rumahnya? (Jepara – 6 November 1899)

“I think there is nothing finer than to be able to call a happy smile to a loved mouth—to see the sunshine break over another’s face.”

Baca Juga:
Topan Khanun Memadamkan Listrik Hingga Menghentikan Penerbangan di Okinawa Jepang

Tiada hal yang lebih indah selain dapat menerbitkan senyum di wajah mereka yang kita cinta. (November 1899)

– “Too often we are made to feel that we Javanese are not really human beings at all. How do the Netherlanders expect to be loved by us when they treat us so? Love begets love, but scorn never yet aroused affection.”

Terlalu sering kami merasakan bahwa kami, orang Jawa, bukanlah manusia sama sekali. Bagaimana mungkin orang-orang Belanda berharap untuk dicintai orang-orang Jawa, ketika mereka memperlakukan kami seperti ini? CInta melahirkan cinta, tetapi hinaan tak akan pernah menimbulkan kasih sayang. (23 Agustust 1900)

– “We wished to be loved – not feared.”

Baca Juga:
Viral! Usai Segel Pulau Reklamasi, Statement Anies Malam ini Tampar Pihak yang Sok Kuasa Selama ini

Kita berharap untuk dicintai – bukan ditakuti.(17 Agustus 1902)

– “Love is the bond which binds us together.”

Cinta adalah ikatan yang menyatukan kita. (17 Agustus 1902)

Selamat hari Kartini untuk para Kartini-Kartini masa kini di Indonesia! (Dil)

Komentar

Terbaru