Program Pembangunan Hijau Berkelanjutan Kabupaten Muba, Pukau Peserta MAB-ICC Unesco

  • Jum'at, 27 Juli 2018 - 21:15 WIB
  • Regional
Dodi Reza Alex
Dodi Reza Alex saat Closing Speech 30th Session of the International Co-ordinating Council of the Man and the Biosphere Programme, Jumat di Hotel Novotel (28/7/2018).

MANAberita.com – SETELAH dilanda kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang besar pada 2015 lalu, kini Kabupaten Musi Banyuasin dibawah komando Bupati Dodi Reza Alex Noerdin terus berbenah dan melakukan inovasi dan terobosan dalam menjaga lingkungan dan mengimplementasikan pembangunan hijau yang berkelanjutan.

Bupati Muba, Dodi Reza Alex Noerdin dihadapan 300 partisipan dari 45 negara, yang merupakan anggota World Network of Biosphere Reserve (WNBR) dari Asia, Australia, Afrika dan Amerika serta perwakilan kantor utama UNESCO di Paris memaparkan upaya-upaya yang sudah dilakukan Pemkab Muba dalam menjaga lingkungan dan menjalankan pembangunan hijau yang berkelanjutan serta menjaga cagar budaya berbak Taman Sembilang.

“Banyak yang sudah kita lakukan dalam mewujudkan untuk menjaga lingkungan dan hutan yang ada di Muba. Melalui sidang ke-30 dari The Man and Biosphere International Co-ordinating Council (MAB-ICC) UNESCO ini kita bisa bertukar pikiran dengan negara-negara lain,” ungkapnya saat closing speech 30th Session of the International Co-ordinating Council of the Man and the Biosphere Programme, Jumat di Hotel Novotel (28/7/2018).

Baca Juga:
Waduh! Pulau Karibia Saint-Martin Sedang Memerangi Invasi Monyet Hijau: “Mereka Ada Di Mana-mana”

Pada kesempatan tersebut, alumni Universite Libre de Bruxelles – Belgia ini juga mengajak partisipan World Network of Biosphere Reserve (WNBR) untuk field trip atau berkunjung ke Kabupaten Muba.

“Kalau berkunjung langsung, nanti akan kami perlihatkan upaya-upaya menjaga lingkungan yang sudah dilakukan dan terobosan-terobosan yang akan dilakukan,” bebernya.

Selain itu, Dodi juga memaparkan komitmen Pemerintah daerah yang bersama-sama Pemerintah Provinsi Sumsel dalam komitmennya menjaga kawasan Berbak kawasan nasional taman Sembilang.

“Sudah kita ketahui bahwa kawasan taman sembilang ini merupakan taman nasional yang mendapat pengakuan dari UNESCO, dan selama ini sangat dijaga Pemerintah Daerah,” ulasnya.

Baca Juga:
Sip! Pemkot Bandung Hadirkan Kolam Retensi Ciraga Wetland Park Untuk Tangani Banjir

Sementara itu, dalam sidang ke-30 MAB-ICC, Indonesia mengharapkan menambah tiga wilayah sebagai cagar biosfer baru. Ketiga wilayah yang dinominasikan adalah Berbak Sembilang (Sumsel-Jambi), Betung Kerihun Danau Sentarum, serta Kapuas Hulu dan Rinjani-Lombok.

“Kami berharap tiga nominasi ini bisa disetujui dan ditetapkan oleh UNESCO sebagai cagar biosfer baru, sehingga menambah 11 cagar biosfer yang telah ada di Indonesia. Dan juga menambah cagar biosfer yang ada di dunia dimana saat ini sudah terdapat 669 cagar biosfer yang tersebar di 120 negara di dunia,” kata Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Prof. Dr. Enny Sudarmonowati yang juga merupakan Ketua Komite Nasional MAB UNESCO.

Lanjut Enny menuturkan bahwa, fokus utama pertemuan itu adalah untuk membahas dan mengembangkan sistem pengelolaan cagar biosfer yang efektif dan efisien dalam kerangka program MAB sebagai wahana implementasi dan terwujudnya pembangunan berkelanjutan.

Baca Juga:
Dodi Reza ‘Ngoyok’ Demi Kunjungi Warganya yang Tertimpa Musibah Kebanjiran di Kertajaya

Selain itu, sidang kali ini juga memberi kesempatan bagi Indonesia untuk membuktikan adanya pengakuan dan peran Indonesia sebagai negara kaya sumber daya alam hayati di dunia.

“Momen ini juga menjadi ajang promosi keunggulan Indonesia dalam pengembangan cagar biosfer untuk meningkatkan kehidupan masyarakat dan kelestarian sumber daya hayati dan ekosistemnya, yang berbasis multi pihak dan lintas sektoral,” jelas Enny.

Intisari utama yang diusung dalam pertemuan MAB-ICC ini adalah usaha yang perlu dilakukan untuk mengoptimalkan dan menguatkan peran dari berbagai pemangku kepentingan: pemerintah, sektor swasta, publik, universitas, lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk membangun rencana pengelolaan cagar biosfer dalam rangka wewujudkan pembangunan berkelanjutan.

Komentar

Terbaru