- Korban Dikenal pendiam tapi rajin
Korban Deasy Tuwo (44) ternyata masih lajang. Dia dikenal rekannya sebagai wanita yang sangat rajin.
Nasran, rekan korban mengatakan korban merupakan sosok wanita yang ulet dan teliti.
“Apalagi dia sebagai kepala lab mutiara, sosok yang pendiam juga sih,” kata Nasran saat ditemui di lokasi kejadian.
Ia pun kaget saat mendapat informasi bahwa wanita berumur 44 tahun itu hilang setengah badan dimakan buaya.
“Bingung juga kenapa bisa sampai dimakan buaya, memang kesehariannya selain menjaga lab, dia memberi makan buaya setiap pagi dan menjelang malam,” kata dia.
Bahkan, ia mengatakam, anaknya juga sering menemani Deasy saat memberi makan buaya.
“Buaya itu setiap hari diberi makan ikan tuna, ayam bahkan hewan babi,” katanya.
- Cerita Mantan Pawang Buaya
Merry Supit (36) terkejut mendengar kabar kematian Deysi Tuwo (44) yang diterkam buaya milik pemimpin perusahaan pembibitan mutiara itu.
Selama 18 tahun, Merry Supit pernah bekerja di tempat itu dan mengundurkan diri pada 2005 silam.
“Saya sebagai pegawai pembibitan mutiara. Saat itu buaya yang juga diberi nama seperti nama saya ini, masih berukuran sama seperti kayu ini,” kata Merry sembari menunjuk batang pohon berukuran panjang 1,50 meter yang tergeletak di sampingnya.
Sejak dahulu, lanjut dia, buaya itu sering diberi makan ayam, tongkol, dan ikan tuna.
“Semuanya harus fresh, dia tak mau makan bila sudah dibekukan atau sudah mati beberapa hari,” kata warga Jaga X Ranowangko.
Ia mengungkapkan, beberapa waktu lalu buaya itu ingin diserahkan ke penangkaran namun mereka menolak karena tak punya kandang sebesar milik perusahaan itu.
Menurut Merry, kematian Deysi diketahui dua hari setelah peristiwa. Pasalnya, saat Deysi diterkam buaya, tak ada saksi mata yang melihat
- Kondisi Jasad Korban
Maikel Mokodompit, pemandi jenasah di RSUP Kandou mengaku kaget saat mengetahui jasad Deasy Tuwo yang dimandikannya merupakan korban yang diterkam buaya.
Maikel Mokodompit, mengaku selama delapan tahunmenjadi personel di unit pemulasaran jenazah RSUP Kandou Malalayang, baru kali ini ia memandikan jenazah korban buaya.
Maikel Mokodompit, yang ditemui sedang bersantai di depan unit pemulasaran mengaku ada tiga orang yang memandikan jasad tersebut.
Proses pemandian tak lama, tak sampai tiga puluh menit. Maikel menggambarkan, saat itu bagian tubun korban sudah habis.
Tersisa kepala dan dua kaki. Tangan pun sudah raib.
“Kemungkinan buaya menerjangnya dari pinggir. Mungkin juga karena masih kenyang, makanya tak makan sampai habis,” ujarnya.
Baginya jasad yang tak utuh sudah biasa.
Hanya saja memang baru kali ini ia menangani korban gigitanbuaya.
Next… Mengenai si buaya