Kasus Pengeroyokan Maut Kakek Halim Diduga Keluarga Telah Direncanakan

  • Minggu, 06 Februari 2022 - 09:44 WIB
  • Kriminal

Manaberita.com – KASUS pengeroyokan kakek Wiyanto Halim (89) yang mengakibatkan korban kehilangan nyawa masih menyisakan tanda tanya bagi keluarga. Keluarga menaruh kecurigaan kakek Halim tewas tidak semata-mata aksi spontanitas.

6 orang telah ditetapkan sebagai tersangka dari kasus pengeroyokan kakek Halim yang tewas dikeroyok usai diteriaki maling di Cakung, Jakarta Timur. Dari ke 6 tersangka itu, polisi menyatakan tidak ada seorang pun yang mengenal korban.

Akan tetapi keluarga curiga pengeroyokan itu telah direncanakan. Terlebih sebelumnya kakek Halim sempat menerima ancaman pembunuhan.

Dilansir dari detiknews, Pengacara keluarga Wiyanto Halim, Freddy Yoanes Patty berkeyakinan pengeroyokan yang menewaskan Halim itu bukan aksi spontanitas massa. Freddy meyakini ada yang memanfaatkan situasi massa saat kakek Halim dikeroyok.

Baca Juga:
Seorang Pria Berusia 19 Tahun Didakwa Akibat Kekerasan Dan Penyerangan Kepada Seorang Pekerja Layanan Darurat

“Tapi kan pihak keluarga di balik ini berkeyakinan pengeroyokan ini bukan terjadi secara spontan. Ada pemain di belakang ini yang memanfaatkan cara-cara seperti ini,” kata Freddy Yoanes Patty, saat dihubungi, Sabtu (5/2/2022).

Freddy menyebut pihak keluarga telah memiliki petunjuk. Bukti itu yang nantinya akan diserahkan salah satu anak dari Wiyanto Halim, Bryana Halim, ke polisi untuk diselidiki.

“Dari pihak keluarga ada petunjuk mengenai hal tersebut. Ini yang akan dimintai keterangan oleh penyidik hari ini, petunjuk apa sih yang dipunyai oleh keluarga supaya ini bisa dikembangkan lagi. Saksi-saksinya siapa saja,” jelas Freddy.

Freddy belum mau menyebut petunjuk dan bukti apa yang dimaksud. Namun lewat petunjuk itu, keluarga yakin kasus pengeroyokan Kakek Halim adalah pembunuhan berencana.

Baca Juga:
Kecelakaan Bus Terpisah Di Turki Menyebabkan 32 Tewas Dan 51 Terluka

“Betul, kalau menurut kami, ada yang merencanakan. Tapi kan kita tidak bisa tunjuk siapa sebelum ada bukti yang cukup. Tapi kalau petunjuk ke arah sana, kita punya. Nanti kan polisi tinggal pengembangannya petunjuk ini cukup nggak nih untuk menggali bukti. Kalau ada bukti, ya jalan. Tapi kalau tidak ada bukti, ya cukup,” tutur Freddy.

Salah satu anak Halim, Bryana Halim mengemukakan bahwa sang ayah pernah menerima ancaman pembunuhan. Bryana pun meminta agar polisi mengusut dugaan ancaman pembunuhan itu.

Bryana menyebutkan ancaman itu disebut terjadi pada Desember 2021. Sementara, peristiwa pengeroyokan terjadi pada 23 Januari 2022.

Beberapa hari sebelum kejadian naas itu, Bryana mengaku ayahnya sempat menerima telepon dari seseorang. Dalam sambungan telepon itu, korban disebut meminta orang tersebut agar tak dibuntuti.

Baca Juga:
Tujuh Orang Tewas Dan Banyak Yang Terjebak Longsoran Salju di Negara Bagian Sikkim, India

“Iya jadi ada pengancaman sebelum kejadian dan ada telepon dari Papa yang mengatakan ‘kamu kenapa buntutin saya terus?’ Itu beberapa hari sebelum kejadian. Jadinya Papa sudah tahu itu Papa dibuntutin terus beberapa hari sebelum kejadian,” terang Bryana.

Bryana meminta polisi untuk mengusut dugaan pengancaman yang diterima korban sebelum pengeroyokan maut itu terjadi.

“Jadi posisi Papa saya siangnya ada di sini dan beberapa hari sebelumnya dapat ancaman, saya maunya itu dikaitkan semua. Jadi bukan Pada saat meninggalnya doang,” tutur Bryana.

[rik]

Komentar

Terbaru