MANAberita.com – KATAKAN padaku bagaimana bisa kau sabar menghadapi sifat manja yang terkadang kelewatan ini? Ibu, inilah tulisan tentangmu dari anakmu.
Bagaimana rasanya bangun dipagi-pagi buta bahkan ketika seisi rumah masih tidur demi menyiapkan keperluan anakmu di sekolah? Repotnya berlarian kesana kemari, padahal yang bersekolah adalah anakmu.
Katakan padaku, seperti apa sakitnya memasak sepenuh hati namun aku menolak memakannya atau bahkan menyebutnya tidak enak? Certakan pula bagaimana pedihnya hatimu ketika aku memilih makanan di luar daripada memakan masakanmu.
Anak sakit ? ibu yang disalahkan, Tak pandai menjaga kesehatan buah hati, begitu kata orang-orang.
Anak nakal? Kembali ibu yang jadi pelaku atas kasus ini. Tidak diajari, bisik mereka si mulut jahil.
Anaknya bodoh? Betapa banyak yang menggunjingkanmu diluar sana, dengan alasan tidak memperhatikan dan memperdulikan anak.
Anak sukses dan pandai? Adakah sosok ibu yang dielu-elukan? Padahal wanita setengah rentah itulah yang menyemangatinya tiada henti!
Masih teringat bagaimana repotnya dirimu ketika memilih pakaian yang sesuai ketika anak-anakmu mulai tumbuh besar.
“Ketika aku terlambat pulang kerja, ponsel ini tak henti-hentinya berdering menandakan panggilanmu yang terkadang membuatku malas atau bahkan kesal. Seperti apa rasa khawatir itu, bu?”
Ibuku hebat, tak segan-segan bertengkar jika ada yang mengolok-olok anaknya.
Masih teringat saat kau satu persatu melepaskan putra dan putrimu. Katakan bagaimana senyuman itu dapat terpasang sementara hatimu ingin sekali menangis sedih lantaran anakmu diambil orang lain?
Terimakasih, ibu.
Atas segalanya, kasih sayang, perhatian, dan senyum tawamu. Aku percaya jika dirimu merupakan salah satu malaikat yang dikirimkan Tuhan untukku. (Dil)