MANAberita.com – SITUS mesin pencarian Google pada Kamis hari ini, (25/01), menampilkan Doodle Virginia Woolf, novelis kenamaan asal Inggris. Hal itu dimaksudkan untuk merayakan hari kelahirannya yang ke-136 tahun.
Bukan hanya itu, Woolf ternyata memiliki kisah hidup yang terbilang tragis. Terlepas dari karya-karya novelnya yang begitu menggugah, Woolf ternyata harus berjuang menghadapi depresi yang ia alami selama bertahun-tahun.
Raut wajah Woolf yang tampak sedih di Google Doodle pun mungkin menggambarkan depresi yang dimaksud.
Mengutip The Sun, Woolf yang lahir di Kensington, Middlesex, Inggris, menghembuskan nafas terakhirnya pada 28 Maret 1941. Pada masa-masa akhir hidupnya, Woolf mengalami depresi berat selama periode Perang Dunia II yang berlangsung di Eropa.
Virginia WoolfTidak diungkap mengapa Woolf bisa depresi berat. Saat ia melakukan bunuh diri, ia mengenakan mantel yang diisi batu berat.
Ia berjalan ke Sungai Ouse di wilayah North Yorkshire dan terjun ke sungai tersebut. Baru setelah tiga minggu kemudian, jasad Woolf ditemukan aparat kepolisian setempat.
Untuk informasi, Woolf lahir di London pada 1882 silam dari pasangan bernama Julia Prinsep Duckworth Stephen dan Sir Leslie Stephen.
Ia tumbuh di rumah yang penuh dengan buku, di mana salah satu ruangan rumahnya dijadikan perpustakaan besar. Sang ayah, ternyata juga seorang penulis yang aktif terlibat di komunitas sastra.
Pada awal abad ke-20, Woolf menikah dengan seorang pria bernama Leonard, tepatnya pada 1912. Karena ia sangat menyukai buku, ia memulai menulis kisah-kisah literatur dan bergabung dengan Bloomsbury Group, organisasi sastrawan dan seniman yang begitu besar namanya di Inggris.
Virginia WoolfNovel pertama Woolf berjudul The Voyage, diterbitkan pada 1915. Setelah itu, ia lebih banyak menulis buku novel, terlebih saat periode antara dua perang dunia. Dari situlah, namanya langsung melejit.
Menurut informasi yang dilansir Google Doodle pada Kamis (25/01/2018), Woolf juga termasuk salah satu pionir narasi jenis stream of consciousness (aliran pemikiran) yang menggambarkan perasaan dan isi pikiran dari karakter yang ia buat.
Kebanyakan karakternya kadang bahkan suka berbicara dengan diri sendiri.
Sosok Woolf juga tak lepas dari paham feminisnya yang sangat menginspirasi perempuan dunia. Bahkan, beberapa karyanya juga didedikasikan untuk feminisme, seperti Mrs. Dalloway, Three Guineas dan A Room of One’s Own.
Selain itu, karya-karya lain Woolf juga membahas isu seputar intelektual dan permasalahan yang dialami perempuan. Pasalnya, saat Woolf tumbuh, kaum lelaki di sana begitu memegang kuasa besar atas hukum dan ekonomi. (Int)