MANAberita.com — MENDUNG tidak selalu berujung hujan, PDKT pun tak pasti bakal pacaran. Tapi kamu tak perlu mengkhawatirkan hal itu, apalagi sampai menghindarinya. Ini semua adalah seni mengatur ekspektasi.
Kamu harus tetap mampu membaca situasi dan mengukur seberapa peluang yang kalian punya untuk lanjut pacaran, dan mengatur bagaimana caranya memaksimalkan peluang tersebut. Kamu bisa kok membaca itu semua dari gelagatnya, kira-kira dia benar lagi PDKT untuk melanjutkan hubungan denganmu ke tahap selanjutnya, atau sekadar cari pelarian semata?
Selagi PDKT, kamu harus menyempatkan cari tahu sendiri soal kisah cintanya terdahulu. Sama siapa dia pernah pacaran, seperti apa pacarannya, kenapa mereka putus sampai bagaimana hubungan mereka setelah putus. Atau ada “mantan” yang sebenarnya belum sempat jadian tapi mereka terpaksa berpisah alias mantan gebetan? Wah, itu lebih bahaya lagi, girls!
Hal-hal tersebut perlu kamu tahu sebagai modal untuk membaca ke mana arah pergerakannya denganmu. Tentu kamu tak ingin kan sekadar menjadi pelariannya untuknya? Kalau seterusnya kalian lari bersama sih tak apa, nah kalau dia terus lari dan meninggalkanmu begitu saja?
Perhatikan juga sikapnya padamu, apakah ada bau-bau yang menuju kepada dugaan itu? Dia benar ingin pacaran, atau cuma jadikan kamu pelarian?
1. Ngomongin cewek lain di depanmu seperti tak ingat dosa. Saat melakukan itu, tak terpikirkan olehnya kamu mungkin nyesek banget ada di dekatnya cuma buat dengerin dia ngomongin cewek lain.
2. Bisa berlama-lama sama kamu, tapi setelah itu momennya lewat saja tanpa bekas. Misal, kalian lagi jalan atau ngobrol bareng di kedai kopi panjang lebar, begitu sampai rumah, ya begitu saja. Nanya kamu sudah di rumah atau belum atau ngabarin dia sudah sampai di rumah atau belum juga tidak.
3. Dia cuma kenal kamu berdasarkan apa yang kamu tunjukkan dan ceritakan. Dia tidak berminat atau memang tidak berniat untuk cari tahu tentang kamu lebih jauh, apalagi terlibat di dalamnya. Dia memang tidak ingin “menjangkau”-mu dalam-dalam.
Berharap boleh, realistis harus. Intinya, jangan terlalu berharap jadian sebelum benar-benar ada kesepakatan untuk pacaran. Jangan sampai kamu terluka oleh harapanmu sendiri. (Dil)