Banyak yang Menjomblo, Wanita Tunisa Tuntut Undang-Undang Poligami Disahkan

Wanita Tunisia
Wanita Tunisia

MANAberita.com — SEKELOMPOK wanita jomblo asal Tunisia melakukan protes melalui media sosial. Wanita-wanita ini menuntut Undang-undang Poligami disahkan. Alasannya karena jumlah wanita single di Tunisia sangat banyak.

Melansir Middle East Monitor, Kantor Nasional untuk Keluarga dan Penduduk di Tunisia pada Desember 2017, mengatakan Tunisia adalah salah satu negara dengan masyarakat yang enggan menikah tertinggi. Bahkan mencapai 60 persen dari total penduduknya.

Laporan yang sama juga mengungkapkan bahwa jumlah perempuan lajang di Tunisia telah meningkat menjadi lebih dari 2,25 juta, dari total 4,9 juta penduduk perempuannya. Usia wanita di Tunisia yang melajang sekitar 25-34 tahun.

Baca Juga:
Eropa Tengah Menjadi Dampak Serius Akibat Embargo Gas Rusia

Presiden Forum Kebebasan dan Kewarganegaraan, Fathi Al-Zghal, mengatakan dirinya mendukung aksi protes terhadap pelegalan poligami. Dalam wawancara bersama Al-Khaleej Online, Al-Zghal menganggap poligami sebagai solusi untuk masalah banyaknya wanita single.

Al-Zhgal juga mengatakan perlu adanya peninjauan kembali mengenai Personal Status Code, yaitu seperangkat undang-undang yang mengatur hak dan kebebasan perempuan di Tunisia, termasuk masalah poligami.

“Aksi protes ini sifatnya spontan dan bermaksud menyelesaikan masalah kehidupan wanita single di negara ini,” ujar Fathi Al-Zghal.

Baca Juga:
Ngakak! Pertama Kali Naik Pesawat, Pria Ini Malah Masuk Mesin X-Ray Bandara

Selama ini Poligami memang menjadi isu yang tabu di Tunisia. Kegiatan Poligami dianggap melanggar hukum. Namun pelegalan poligami di Tunisia sebenarnya ditolak oleh mayoritas masyarakatnya. Meskipun begitu, tetap ada golongan minoritas yang mendukung poligami dengan dalih mendukung hukum Syariah.

Peneliti dari Islamic Civilisation, Sami Braham, menulis di akun Facebook-nya mengenai pendapatnya tentang solusi masalah wanita jomblo di Tunisia. Menurut Braham, Poligami hanya akan menimbulkan masalah sosial baru.

“Dalam perhitunganku, dan berdasarkan pengetahuanku mengenai jenis kelamin laki-laki, hal sebaliknya malah akan terjadi, yaitu krisis, yang disebabkan para pria mencari wanita yang lebih muda. Kecuali jika mereka melakukannya (poligami) atas dasar niat amal dan kebaikan,” ujarnya
Studi internasional lain yang terbit Desember juga menunjukkan Tunisia menjadi negara Arab. (Dil)

Komentar

Terbaru