LineMANAberita.com — NASI putih pulen wangi nan hangat sepertinya sudah menjadi salah satu makanan pokok wajib di mayoritas sajian hidangan Indonesia. Beragam masakan Indonesia yang penuh rempah dan bumbu, seakan kurang lengkap tanpa ditemani sepiring nasi putih hangat yang mengepul. Pelengkapnya? Tentu saja kerupuk dan segelas es teh. Fix, langsung kangen suasana rumah ya.
Tapi di balik kenikmatannya, nasi putih ternyata bukan sumber karbohidrat terbaik satu-satunya untuk tubuh kita.
Hal ini dikarenakan banyak hal baik yang terkandung dalam nasi putih telah tereduksi dalam proses penggilingannya – seperti serat dan kandungan zat besi. Saat proses penggilingan, sebagian besar serat dalam bentuk sekam dedak, dan lainnya yang bermanfaat untuk kesehatan pencernaan kita ikut hilang terbuang.
Karena hal tersebut maka nasi putih digolongkan dalam kategori karbohidrat sederhana. Karbohidrat sederhana seperti nasi putih lebih mudah terpecah menjadi glukosa. Hal ini dapat menyebabkan lonjakan gula darah dan menaikkan glikemiks indeks dalam tubuh kita. Nah di sinilah bahayanya. terutama apabila dikaitkan dengan kondisi seseorang yang menderita diabetes mellitus.
Jujur untuk mengganti nasi putih dengan karbohidrat lainnya seperti talas atau singkong merupakan tantangan yang cukup berat. Hal ini dikarenakan kita telah bertahun-tahun dibesarkan dengan tekstur, rasa, dan terutama nostalgia akan nasi putih yang pulen dan hangat.
Beberapa waktu yang lalu aku diperkenalkan kepada beras shirataki oleh seorang teman. Ketika telah dimasak, bentuknya mirip sekali dengan nasi putih namun dalam versi transparan. Teksturnya seperti jelly ketika dikunyah. Bentuk yang sangat mirip dengan nasi putih biasa ini menimbulkan dampak psikologis bagi kita ketika menyantapnya.
Karena bentuknya mirip, tidak sulit untuk beradaptasi dengan nasi shirataki, meski pasti ada perbedaan dalam rasa. Karena itu, nasi shirataki ini bisa menjadi solusi untuk kamu yang sedang ingin mencoba mengurangi konsumsi nasi putih.
Berbeda dari beras biasanya, beras shirataki terbuat dari umbi sayuran iles-iles yang tumbuh di hutan. Konon katanya, ketika masa penjajahan Jepang, umbi ini biasa dikonsumsi sebagai pengganti nasi. Maka dari itu orang Jepang telah akrab dengan shirataki ini selama lebih dari 2000 tahun.
Shirataki ini terbuat dari serat yang mudah larut, di samping itu shirataki juga mengandung nol karbohidrat, nol kalori dan tidak mengandung lemak. Di dalam tubuh. ia memperlambat proses pencernaan dan mengatur penyerapan glukosa. Maka dari itu shirataki ini menjadi solusi alternatif yang baik untuk penderita diabetes mellotus
Kali ini aku ingin coba membuat kreasi beras shirataki menjadi nasi bakar khas Indonesia. Bumbu yang menjadi bintangnya dalam masakan ini merupakan unsur makanan Indonesia yang aku cintai sekali yaitu bunga kecombrang dan juga petai.
Rasa yang kuat dari bumbu rempah, berpadu dengan kecombrang dan petai , menjadi paduan yang harmonis untuk rasa dan tekstur nasi shirataki yang kenyal, tawar dan ringan. Yuk mari dicoba untuk hidangan akhir pekan yang lebih sehat!
Nasi Shirataki Bakar Tuna Kecombrang
Cara Membuat :
Haluskan 3 bawang putih, 4 bawang merah, 3 cabe rawit oranye, 1 ruas kunyit, 1 ruas jahe, dengan 50ml-100 ml air
Tumis bumbu dengan 3 sdm minyak. Tambahkan daun jeruk, daun salam, sereh yang telah digeprek, kecombrang secukupnya dan 1/4 cup petai
Masak petai bersama bumbu beberapa saat. Biarkan aroma petai merasuk ke dalam bumbu
Masukkan 150 gram tuna dan 100 gram jamur tiram. Aduk dan masak hingga matang
Tata nasi shirataki di atas daun pisang . Berikan isian tuna jamur tiram, lalu tutup lagi dengan nasi pada lapisan atas
Gulung dan lipat daun pisang yang berisi nasi shirataki dengan lauknya
Panggang di atas wajan atau bisa juga dimasukkan ke dalam oven. (Dil)
(Sumber: Kumparan)