Jeritan Anak Korban Tragedi Ritual Maut di Pantai Payangan: Kenapa Mama Tinggalin Aku

  • Selasa, 15 Februari 2022 - 14:38 WIB
  • Peristiwa

Manaberita.com – BINTANG korban selamat sekaligus anak korban tragedi ritual maut di Pantai Payangan, Jember menangisi kepergian ibunya yang telah menjadi korban kejaian naas tersebut.

Perkataan ‘Ma, kenapa mama tinggalin aku,’ selalu terlontar dari mulutnya setelah mengetahui ibunya yakni Sulastri meninggal dunia saat mengikuti ritual di lokasi tersebut.

Air matanya terus saja tak terbendung saat sadar jika sosok wanita yang mengandungnya semalam 9 bulan itu sudah tak lagi berada di sampingnya lagi.

Melansir dari Tribunewsbogor, Seperti diketahui, 11 orang meninggal dunia saat melakukan ritual di Pantai Payangan pada Minggu (13/2/2022).

Sementara itu, belasan orang lainnya mengalami luka-luka akibat terpental terbentur karang saat ombak datang.

Bintang merupakan salah satu korban selamat dari seretan ombak Pantai Payangan, Ambulu, Jember.

Baca Juga:
Hah! Pemadam Kebakaran AS Menemukan 10 Tewas Dalam Kebakaran Rumah Adalah Keluarganya Sendiri

Ia terus menangis di dalam mobil saudaranya yang bernama, Suwarto.

Kakinya masih terlihat bengkak serta terdapat sejumlah luka.

Perempuan muda itu juga memanggil sang mama.

Ia terus menerikan nama ibunya yang menjadi korban tewas dalam insiden tersebut.

‘Ma, kenapa mama tinggalin aku,” ujarnya berkali-kali.

Bintang terlihat syok berat. “Dari tadi kondisinya begitu,” ujar Suwarto, sang paman yang menjemputnya di Puskesmas Ambulu.

Baca Juga:
Badai Fiona Menghantam Puerto Rico Mengakibatkan Listrik Dipadamkan

Bintang syok, karena ibunya, Ny Sulastri menjadi korban meninggal dunia dalam peristiwa ritual berujung maut di laut selatan tersebut.

Menurut Suwarto, Bintang dan Sulastri termasuk dalam rombongan Kelompok Tunggal Jati Nusantara tersebut. “Saya tidak tahu nama kelompoknya. Tahunya, mereka ikut pengajian, begitu saja,” ujar Suwarto.

Suwarto, dan istrinya, Latifah, tidak tahu sejak kapan mereka tergabung di kelompok tersebut. Suwarto hanya tahu, jika 10 hari lalu, Sulastri juga ikut ritual ke Pantai Payangan.

Dalam ritual berakhir duka, Minggu (13/2/2022), sebenarnya Bintang sudah tidak mau ikut sang mama.

Bintang sudah tinggal di sebuah rumah kos di Kecamatan Rambipuji. Sementara ibunya, Sulastri berdomisili di Jl Kacapiring Kelurahan Gebang Kecamatan Patrang.

“Tapi ibunya maksa, untuk ikut. Akhirnya ikut kemarin,” imbuh Latifah.

Baca Juga:
Aktivis Menyebutkan Wanita Zimbabwe Direduksi Menjadi Pemandu Sorak Dalam Pemilihan Mendatang

Saat mulai tenang, Bintang sempat bercerita kepada Latifah, kalau ombak besar tiba-tiba datang ketika mereka masih berdiri di tepi pantai.

“Kata Bintang tadi, mereka masih berdiri bersisian. Kemudian ombak besar datang, dan tiba-tiba ibunya sudah tidak ada di sisinya. Sedangkan dia selamat, tapi sempat terbentur karang sepertinya, sehingga kakinya sampai bengkak,” ujar Latifah.

Cerita Korban Selamat

Korban selamat bernama Bayu tersebut menjelaskan, mereka datang untuk melakukan ritual berupa meditasi di tepi Pantai Payangan, Jember.

“Meditasi,” kata Bayu, Minggu (13/2/2022).

Menurutnya, mereka melakukan meditasi di pinggir laut. Namun, saat itu tiba-tiba ombak besar datang dan menyeret rekannya.

Baca Juga:
Aktor Laga Legendaris Advent Bangun Meninggal Dunia

“Ada ombak dua kali datang. Ombak pertama ini saya berdiri terus lari saya menghindari ombak kedua.”

Ombak tersebut kemudian menyeret belasan orang dan 10 orang di antaranya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.

Kesepuluh jenazah tersebut  sudah tiba di Puskesmas Ambulu, Jember, untuk proses identifikasi dan pendataan.

“Di puskesmas ambulu sudah ada 10 jenazah yang menunggu proses identifikasi dari kepolisian,” jurnalis Kompas TV Jember, Hernawan, melaporkan dari Puskesmas Ambulu.

Berdasarkan pantauan dan informasi yang diterima, sejumlah keluarga sudah datang menjemput namun belum bisa dibawa pulang karena masih proses identifikasi berikut pendataan.

“Dari informasi yang kami terima, para korban berusia dewasa, belum terkonfirmasi di bawah umur.”

Baca Juga:
China Dituduh Menggunakan Meriam Air di Atas Kapal Filipina di Laut China Selatan

“Berdasarkan penjelasan seorang korban selamat, Bayu, waktu itu memang sedang melakukan ritual sebanyak lebih dari 20 orang, tiba-tiba ada ombak dua kali menerjang,” imbuhnya.

Masih berdasarkan pantauannya, petugas puskesmas tidak mendirikan posko, tetapi ada meja pelayanan yang dibantu oleh petugas kepolisian dan TNI.

Nama-nama korban meninggal dunia:

  1. Sulastri (42) warga asal Desa Gebang Kecamatan/ Kabupaten Jember.
  2. Pinkan (13) warga asal Desa Tawangalun Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember.
  3. Arisco (21) warga asal Desa Gumukmas Kabupaten Jember.
  4. Ida (33) warga asal Desa Tawangalun Kabupaten Jember.
  5. Bripda Febrian Duwi (25) warga asal Desa Sumber Salam Kecamatan Tenggaran Kabupaten Bodowoso
  6. Yuli (42) warga asal Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember
  7. Basuni (55) warga asal Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember.
  8. Sofi (22) warga asal Kecamatan Gebang Kabupaten Jember.
  9. Sri Wahyuni (30) warga asal Kecamatan Gebang Kabupaten Jember.
  10. Syaiful bahri (35) warga asal Kecamatan Ajung Kabupaten Jember.
  11. Kholifah warga Desa Gugut, Rambipuji.

Dari 11 korban tewas itu, hanya Kholifah yang selesai dilakukan pemeriksaan antem mortem.

Hasil analisis, korban mengalami luka di bagian pelipis mata dan cidera di bagian kaki. Dugaan kuat korban terbentur tebing setelah tergulung ombak ganas pantai selatan.

[rik]

Komentar

Terbaru