MANAberita.com – DEMONSTRASI mahasiswa yang menolak masa jabatan Presiden Joko Widodo 3 periode di depan Gedung DPRD Sumatera Selatan, Jalan POM IX, Palembang, berakhir ricuh.
Lemparan botol air minum dan batu oleh mahasiswa dibalas oleh tembakan gas air mata oleh polisi. Akibatnya demonstrasi pun berhasil dibubarkan.
Melansir dari CNN Indonesia, polisi pun terpantau mengamankan beberapa penyusup di tengah massa mahasiswa. Pantauan di lapangan, massa mahasiswa yang mengatasnamakan Cipayung Plus Kota Palembang mulai mendatangi Gedung DPRD Sumsel sejak pukul 11.30 Wib.
Namun aparat kepolisian sudah memblokade jalan dan pintu masuk ke Gedung DPRD Sumsel menggunakan pagar kawat.
Massa dilarang mendekat serta memasuki gedung DPRD dan diminta menyampaikan aspirasinya di depan hadangan pagar kawat, mobil meriam air, serta puluhan aparat kepolisian.
Ketua DPRD Sumsel Anita Noeringhati menerima massa dengan mendengarkan tuntutan massa yang disampaikan. Beberapa tuntutan tersebut yakni mendesak Presiden RI Joko Widodo meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia atas bergulirnya wacana perpanjangan masa pemerintahan.
Wacana tersebut dianggap sudah melukai perjuangan reformasi dan demokrasi pada 1998.
“Kami ingin presiden Jokowi meminta maaf atas wacana tiga periode serta mencopot menteri yang telah menyarankan hal tersebut,” ujar salah satu perwakilan massa Cipayung Plus.
Selain itu, tuntutan lain yang disampaikan yakni menolak kenaikan harga bahan pokok, BBM, serta menolak kenaikan PPN 11 persen. Selain itu mahasiswa juga menolak pemindahan ibukota Indonesia, menolak kriminalisasi aktivis serta mendesak pemerintah menangani konflik agraria yang semakin meluas.
Tuntutan tersebut didengarkan oleh Anita, namun dirinya pun menolak membukakan gerbang Gedung DPRD Sumsel karena enggan perusakan kembali terjadi seperti demo pada 2020 lalu.
“Tidak ada yang bisa menjamin mahasiswa tidak anarkis seperti tahun 2020,” ujar Anita di hadapan ratusan massa.
Dirinya berujar, sejak 7 April 2022 lalu pihaknya menerima aspirasi dari mahasiswa. Dirinya berjanji menampung poin tuntutan dan segera membawa tuntutan tersebut ke DPR RI.
Meski sudah ada kesepakatan, massa tampak tidak puas. Menjelang petang, massa memaksa masuk dengan cara mendorong kawat berduri dan membakar keranda mayat yang dibawa sebagai simbol matinya demokrasi.
Hingga akhirnya kerusuhan pecah, lemparan botol air minum kemasan dan batu mulai melayang ke arah aparat kepolisian. Polisi pun membalas dengan tembakan gas air mata untuk membubarkan massa.
Sebanyak tiga orang pemuda diamankan anggota kepolisian lantaran menyusup menggunakan jas almamater Universitas Sriwijaya di tengah massa aksi demonstrasi. Selain tiga pemuda itu, polisi pun mengamankan enam pelajar yang berada di sekitar lokasi unjuk rasa.
Sementara enam pelajar sekolah menengah kejuruan (SMK) di Palembang diamankan lantaran kedapatan akan ikut demonstrasi. Keenam pelajar yang tertangkap langsung diminta petugas kepolisian untuk pulang ke rumah.
Kepala Unit Pidum Polrestabes Palembang Ajun Komisaris Robert P Sihombing mengungkapkan ada pemuda yang bukan mahasiswa berhasil diamankan lantaran menggunakan almamater Universitas Sriwijaya (Unsri).
Menurutnya, ketiga pemuda mencoba menyusup dalam aksi demonstrasi hari ini.
“Akan kita dalami dahulu motif mereka menggunakan almamater salah satu kampus,” ujar dia.
(sas)