Ini Dua Tujuan Erick Thohir Ingin Merger Garuda, Pelita Air dan Citilink

  • Rabu, 23 Agustus 2023 - 08:29 WIB
  • Nasional

Manaberita.com – Erick Thohir Menteri BUMN, berencana merger atau menggabungkan tiga BUMN penerbangan; Garuda Indonesia, Pelita Air dan Citilink.

Erick mengatakan ada beberapa tujuan merger dilakukan.

Pertama, menjadikan industri penerbangan negara lebih efisien. Efisiensi ini sendiri merujuk pada kebijakan yang pernah dilakukan Erick Thohir saat memerger empat Pelindo menjadi satu pada 2021 lalu.

Melansir dari CNN Kndonesia, Erick mengklaim merger Pelindo telah sukses menekan biaya logistik dari sebelumnya 23 persen menjadi tinggal 11 persen.

“BUMN terus menekan logistic cost. Pelindo dari 4 (perusahaan) menjadi 1. Sebelumnya, logistic cost mencapai 23 persen, sekarang jadi 11 persen. Kita juga upayakan Pelita Air, Citilink, dan Garuda merger untuk menekan cost,” ungkapnya dalam keterangan yang dikeluarkan di Jakarta, Senin (21/8).

“Setelah melakukan rangkaian program efisiensi pada empat Pelindo, (itu) akan dilanjutkan ke BUMN pada klaster lain, yaitu maskapai penerbangan. Saat ini terdapat tiga BUMN yang bergerak di bidang penerbangan, yaitu Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air,” tambahnya.

Kedua, memperkuat industri penerbangan Indonesia. Erick mengatakan industri penerbangan di dalam negeri sampai saat ini masih perlu diperkuat.

Salah satu penguatan perlu dilakukan terkait Armada. Ia mengatakan armada penerbangan yang dimiliki Indonesia saat ini masih kurang.

Baca Juga:
Indonesia Hajar Myanmar 5-0 di SEA Games 2023

Perhitungannya, kekurangan pesawat yang dialami Indonesia sebanyak 200 buah.

Kekurangan pasokan pesawat itu dihitung dari perbandingan antara Amerika Serikat dan Indonesia.

Di Amerika Serikat, sebut Erick, terdapat 7.200 pesawat yang melayani rute domestik. Penduduk mereka mencapai 300 juta populasi dengan rata-rata GDP (pendapatan per kapita) mencapai US$ 40 ribu.

Baca Juga:
Duta Besar Ukraina Bilang Ukraina Tak Kan Hilang Harapan

Sementara di Indonesia terdapat 280 juta penduduk yang memiliki GDP US$4.700.

“Itu berarti Indonesia membutuhkan 729 pesawat. Sekarang, Indonesia baru memiliki 550 pesawat. Jadi perkara logistik kita belum sesuai,” ujar Erick.

(Rik)

Komentar

Terbaru