Manaberita.com – MOMEN fenomena langkah yang terjadi di Gurun Sahara ini viral karena dibagikan oleh seorang fotografer Karim Bouchetata di akun media sosialnya. Dalam foto-foto yang dipostingnya, terlihat bahwa kawasan Ain Sefra diselimuti salju.
Kejadian ini memang tidak biasa terjadi di Gurun Sahara, tetapi kejadian ini bukan lah hal pertama yang perna ada sebelumnya kejadian serupa pun sempat terjadi.
Seperti yang dikutip dari Liputan6.com berikuti ini beberapa fakta yang mempengaruhi turunya salju di Gurun Sahara.
- Terjadi Saat Musim Panas
Salju yang mengguyur kawasan dekat Ain Sefra dilaporkan terjadi pada musim panas. Saat itu suhu wilayah tersebut secara teratur melonjak di atas 100 derajat Farenheit (38 derajat celcius).
Akan tetapi menurut Times News pada Selasa 19 Januari 2021 suhu di kawasan Gurun Sahara sempat turun drastis mencapai titik minus 3 derajat celcius. Lalu tampaklah pemandangan langka jejak salju, lapisan es menutupi area yang dekat dengan kota gurun Ain Sefra.
Dilansir dari Middle East Monitor, fenomena alam ini diduga karena adanya tekanan tinggi udara dengan suhu yang sangat rendah yang terkonsentrasi di wilayah gurun.
Kemudian bereaksi dengan tingkat kelembaban yang tinggi hingga menimbulkan salju.
- Salju ke Empat dalam 42 Tahun di Gurun Sahar
Sebelumnya, fenomena viral ini sudah pernah terjadi, salah satunya pada tahun 1979. Pada saat itu badai salju berlangsung selama setengah jam.
Akibat dari badai salju ini cukup hebat, bahkan sempat menghentikan lalu lintas saat itu.
Salju pernah lagi terjadi di Ain Sefra pada 2016, dan 2018.
Hujan salju sebelum yang kali ini dilaporkan jauh lebih lebat.
Pada tahun 2018, beberapa daerah di barat laut Aljazair melihat salju setinggi 15 inci (40 sentimeter), sedangkan badai salju 2016 menumpahkan lebih dari 3 kaki (1 m) di daerah tertentu, Live Science sebelumnya melaporkan.
- Salju di Gurun Sahara Mungkin Terjadi Pada Tempat Tinggi
Sahara adalah gurun panas terbesar di dunia, membentang lebih dari 3,3 juta mil persegi (8,6 juta kilometer persegi) melintasi Afrika utara antara Samudra Atlantik dan Laut Merah. (Antarktika dan Arktika, yang masing-masing mencakup lebih banyak wilayah daripada Sahara, keduanya dianggap gurun dingin).
Sahara jauh lebih mungkin untuk melihat hujan salju di ketinggian yang lebih tinggi, seperti di Pegunungan Atlas, kata NASA dalam sebuah pernyataan menyusul timbunan salju 2018, yang terlihat dari luar angkasa.
Sisi Maroko dari Pegunungan Atlas juga mengalami hujan salju yang cukup besar pada tahun 2005 dan 2012, menurut NASA.
Tidak hanya di daerah Gurun Sahara, fenomena turunnya salju ini pernah terjadi juga di kawasan Tabuk, Arab Saudi.
Kawasan Arab Saudi yang tidak seluruhnya berada di ekuator membuat salju mampir ke wilayah tersebut. Sebab, hanya bagian bumi yang berada di garis ekuator yang tidak akan mengalami musim salju. [Rika]