MANAberita.com – ACARA Konferensi Internasional yang diadakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Raden Fatah Palembang mengundang tokoh-tokoh agama yaitu Ulama Iran Ayatullah Husseini Shahroudi, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Prof. Dr. Nazaruddin Umar, M.A. dan Rektor Universitas Mazahib Islamiyah Teheran Prof. Husein Mokhtari, Senin (22/05/17).
Sebelum acara ini berlangsung, pro kontra sudah terjadi di media sosial. Netizen banyak mengecam keberanian UIN Raden Fatah dalam mengundang Ayatullah yang disebut-sebut sebagai tokoh Syiah ini. Namun, beberapa netizen lain berusaha meredam pertikaian dengan berbaik sangka dan melihat dulu apa yang akan dibicarakan.
@alfatalpalembang: bubarkan suruh syiah itu balek ke Iran men idak berarti kamu memang pendukung syiah. Ribuan jumlah kamu tapi ompong saat syiah mijak kampus (UIN Raden Fatah) kau.
@araa008: mungkin konferensi itu perbandingan antara pemikiran uin dan syiah dan mungkin dosen uin ingin meluruskan argumen mereka.. insyaallah mahasiswa uin dan dosen banyak paham agama dan tahu mana sisi buruk dan sisi baik. Jangan pikir negatif dulu.. kita datangi langsung aja ke lokasi.
Dalam konferensi yang di gelar di gedung Academic Center, “Contemporary Social view by Imam Shafi’i” (Ilmu Sosial Kontemporer dalam Perspektif Imam Syafi’i) menjadi tema besar yang diusung guna membuka pengetahuan mahasiswa tentang bagaimana kiprah seorang Imam Syafi’i dalam mendalami Islam dan masalah-masalah sosial dalam kemasyarakatan.
Secara keseluruhan, apa yang disampaikan Ayatullah tidak ada indikasi atau tanda-tanda penyebaran Syiah di UIN Raden Fatah Palembang. Mereka hanya menjelaskan keberagaman masyarakat Kurdistan dalam menggunakan mazhab-mazhab.
Saat wawancara, Rektor UIN Raren Fatah Prof. Drs. H. M. Sirozi, M.A., Ph.D terkait tamu tokoh Syiah dirinya mengatakan, “Jangan lihat siapa yang datang, kita lihat apa yang mereka katakan. Tadi malam kita juga sudah ada Halaqah dan Insyaallah tidak ada satu kalimatpun yang mempropagandakan Syiah itu tidak ada. Kedatangan mereka juga ingin belajar dari ulama-ulama kita ingin melihat langsung bagaimana Indonesia.”
Penyelenggara acara dari pihak FISIP, Reza Aprianti, MA mengatakan jika kedatangannya ke Indonesia merupakan bentuk kerjasama kampus dengan nama Iran Corner. Materi dan narasumber pun mereka yang menentukan.
“Kalau secara tegas tidak ada, mereka hanya menceritakan keberagaman Islam. Catatannya kita harus bisa memilih dan memilah dari apa yang dia katakan,” jelasnya.
Kepala Jurusan Ilmu Kominikasi ini juga menambahkan jika dalam konferensi ilmiah tidak boleh membawa unsur agama. Untuk itu hal ini diperbolehkan karena sifatnya ilmiah. Kecuali kalau forum kita ini kajian agama atau keislaman mungkin bisa saja bahasannya menyangkut itu. (nad)