MANAberita.com – DALAM sebuah hubungan, sepasang kekasih atau suami istri pasti menginginkan ikatan yang harmonis dan jauh dari masalah. Namun tak bisa dipungkiri jika kita pernah menemukan kasus retaknya sebuah hubungan disebabkan adanya orang ketiga.
Kehadiran orang ketiga atau yang sering disebut sebagai selingkuhan ini sangat dibenci banyak orang, karena dicap sebagai perusak hubungan asmara atau rumah tangga orang lain. Tapi sebenarnya apa sih yang menjadikan seseorang mau menjadi orang ketiga?
Dilansir dari msn.com, ternyata ada survei yang membuktikan bahwa seseorang berani menjadi orang ketiga karena kebutuhan. Bagi mereka, ada kesenangan tersendiri terutama ketika mereka harus menjalani hubungan diam-diam. Hal tersebut membuat mereka lebih bersemangat ketimbang dengan hubungan yang biasa-biasa saja.
Selain itu, orang ketiga merasa lebih percaya diri karena pasangannya datang padanya untuk mencari hal-hal yang dianggap tidak ada pada kekasih ‘resmi’ pasangan tersebut. Jadi, timbullah keyakinan bahwa apa yang dilakukan orang ketiga akan dibenarkan oleh dirinya sendiri.
Kemudian apa yang terjadi pada otak seseorang yang menjadi orang ketiga?
Ketika seseorang memutuskan menjalani peran ini, maka otak mereka sebenarnya sedang bekerja sangat keras. Maka seperti inilah proses kerja otak ketika mereka memiliki hubungan terselubung:
- Gairah Meningkat
Pada awalnya, otak orang ketiga akan dibanjiri oleh hormon dopamin, yaitu hormon yang menciptakan perasaan bahagia, bersemangat, serta membuat mereka lebih berenergi. Sebuah penelitian yang berasal dari University of Pisa mengungkapkan bahwa kadar dopamin ketika seseorang berada di tahap ini hampir sama dengan jumah dopamin pasien dengan OCD (gangguan obsesif kompulsif).
Saat itu, mungkin mereka akan merasa sangat senang hingga tergila-gila dengan pasangannya. Bahkan tak hanya dopamin saja, hormon serotonin dan endorfin juga diproduksi, sehingga menambah rasa bahagia.
- Dorongan Biologis
Ketika orang ketiga mulai merasakan rasa sayang, nyaman, simpati, atau bahkan cinta, saat itu jugalah hormon oksitosin tubuh diproduksi. Hormon inilah yang memperkuat keyakinan dan ikatan dengan pasangannya. Sebuah studi menyatakan bahwa jumlah hormon oksitosin pada orang yang menjalin suatu hubungan jauh lebih tinggi dari pada orang yang masih lajang.
Semakin sering mereka bertemu dan menghabiskan waktu dengan pasangannya, maka semakin banyak hormon oksitosin yang terbentuk, kemudian mereka secara otomatis akan merasa kian dekat. Dengan begitu, lama kelamaan mereka akan mengharapkan keintiman yang lebih dari hubungan terselubung ini.
Maka sebenarnya ada dorongan biologis manusia, yaitu dari hormon, mengapa seseorang rela menjadi orang ketiga. Namun bukan berarti dorongan ini tidak bisa dibendung. Manusia sendiri memiliki sistem moral, yaitu kemampuan membedakan mana yang benar dan salah. Inilah yang bisa membantu manusia mengendalikan dorongan-dorongan biologis yang tidak sesuai dengan aturan dalam hidup bermasyarakat.
- Lama-kelamaan Mereka Akan Tertekan
Sebagian besar hubungan dengan orang ketiga berlangsung secara diam-diam dan terselubung. Oleh karena itu, dia dan pasangan pasti berusaha untuk menjaga rahasia ini baik-baik. Ahli sistem saraf menyatakan bahwa hal ini hanya akan membuat otak mereka kebingungan dan akhirnya tertekan dengan adanya rahasia besar yang harus disimpan.
Bisa dibilang saat itu juga sedang terjadi pergolakan di dalam otak orang ketiga. Di satu sisi, mereka menginginkan hubungan ini diketahui oleh umum, padahal ini adalah rahasia besar. Maka dari itu, muncul stres, depresi, dan emosi yang tidak stabil. Dampak dari hal ini bisa membuat kesehatan mental dan fisik seseorang terganggu.
Jadi, bagi mereka yang masih berfikir menjadi orang ketiga adalah peran seru untuk dilakoni, sebaiknya pikirkan lagi dengan matang. Menjadi orang ketiga tidak akan memberikan kepuasan jangka panjang. Menjalani hubungan terselubung juga akan merugikan diri sendiri dan orang lain. (nad)