Kofibang Gaet IWO Sumsel Untuk Sukseskan Pemutaran Fim M20H di Palembang

  • Sabtu, 18 November 2017 - 16:47 WIB
  • Film
cuplikan film M20H
Proses syuting film M20H, di Punti Kayu, Palembang

MANAberita.com – KOMUNITAS Film Palembang (Kofibang) nampaknya semakin serius dalam mempersiapkan pemutaran film Meniti 20 Hari (M20H) di Palembang. Hal ini terbukti pada Jumat (17/11/2017) malam, Kofibang resmi mangandeng Ikatan Wartawan Online (IWO) Sumsel untuk mendukung rencana tersebut.

Imron Supriyadi, Penanggungjawab pemutaran film M20H di Palembang mengatakan, film ini tidak akan berarti tanpa ada dukungan semua pihak, termasuk kalangan jurnalis. Seseorang menjadi artis terkenal juga jasa dari kawan-kawan wartawan. Jadi kami juga ingin menjalin kerjasama dengan IWO Sumsel, agar pemutaran film ini sukses sebagaimana harapan, ujar Pembina Kofibang ini.

Menanggapi hal itu, Sonny Kushardian, Ketua IWO Sumsel mengatakan, pemutaran film M20H di Palembang, bukan hanya tanggungjawab seniman tetapi juga semua pihak yang harus mengapresiasi film ini. Apalagi, menurut Sonny film ini 100 persen dibintangi putra Sumsel.

Lebih lanjut, mantan wartawan Harian Umum Kabar Sumatera  ini mengatakan, keterlibatan putra daerah dalam produksi film ini merupakan nilai plus bagi Sumsel. Oleh sebab itu, menurut Sonny film ini harus bisa diputar di bioskop di Palembang yang berkelas.

Proses syuting film M20H di Punti Kayu, Palembang

Menurut Sonny, kepala daerah, baik bupati, walikota dan gubernur harus ikut andil  dan mendukung pemutaran film ini di bioskop. Sebab, film ini berkisah tentang perjalanan KH A.R Fachruddin, Ketua Umum Muhammadiyah (1968-1990) dari Ulak Paceh (Musi Banyuasin) untuk mengikuti kongres  di Medan dengan menaiki sepeda.

Menurut Sonny, film yang berlatarbelakang Sumsel ini sudah selayaknya diketahui warga Sumsel yang tidak terlibat langsung dalam produksi film ini. Apalagi proses produksinya mengambil wilayah Sumsel, seperti di Jejawi OKI, Ulak Paceh Muba, Lubuk linggau dan Palembang. Ini kan tidak banyak diketahui. Melalui film ini diharapkan akan memberi informasi tentang bagaimana  Muhammadiyah lahir di Sumsel, yang dimulai dari Ulak Paceh Muba, tambahnya.

Sonny menambahkan, bila pihak manajemen menolak pemutaran film ini di bioskop, harus dipertanyakan keberadaan mereka di Palembang. Sebab, menajemen bioskop yang selama ini berada di Palembang mengambil untung dari warga di Sumsel.

Menurutnya, sangat tidak etis bila ada produk lokal dilarang masuk ke bisokop, padahal manajemen bisokop jelas-jelas mengais kehidupan di Palembang.

Mereka itu kan mencari penghidupan di Sumsel, katakanlah di Palembang. Mereka mengambil untung dari hasil penonton di sini, tapi saat kita mau jualan produk kita, misalnya mau minta waktu pemutaran film ini,  kok malah ditolak, itukan namanya tidak fair. Kalau warga dan seniman protes, ya wajar saja.  Orang luar Sumsel jangan hanya bisa mengambil untung dari kami,  tapi lihat juga dong produk kami, itu baru adil, tegasnya.

Baca Juga:
Walikota Palembang Motivasi Pemilik UKM dengan Cerita Masa Lalunya

Sonny menegaskan, seharusnya bukan hanya event olah raga sekelas Asian Games yang didukung, tetapi film yang mengangkat kearifan lokal juga harus mendapat support penuh oleh semua pihak, ternasuk pemeirintah.

“Saya kira agak tidak bijak juga kalau tidak mendukung film ini diputar di bioskop,” ujarnya, saat bercengkrama informal dengan sejumlah pengurus IWO dan Kofibang di Kantor Pusat IWO Sumsel, tadi malam, Jumat (17/11/2017).

Seiring dengan itu, Jemi Delvian, salah satu arranger di Palembang menilai, karya lokal sudah seharusnya diputar dan dinikmati orang lokal juga. Menurutnya, selama ini  warga Sumsel nyaris lebih banyak membeli produk luar Sumsel, ketimbang dari hasil karya lokal.

Baca Juga:
Melawan Polisi, Pembunuh Driver Gocar Ditembak Mati

“Ya, termasuk film. Film ini karya putra daerah, dibintangi orang Palembang, lalu kenapa tidak bisa diputar di bioskop Palembang? kan aneh?! Ini yang menurut saya harus didobrak, sehingga karya lokal termasuk, film ini harus bisa masuk di bioskop Palembang,” kata salah satu pegiat musik di Sumsel ini.

Terpisah, Jaid Saidi salah satu pemeran dalam film M20H mengatakan sangat setuju dengan rencana Kofibang dan IWO Sumsel. Sebab, melalui film yang 100 persen dibintangi  seniman Sumsel, sekaligus mendorong generasi muda di Sumsel bisa lebih yakin terhadap karya lokal.

“Ya, bagus juga kalau film ini bisa diputar di bioskop. Ini kan nanti bisa ditonton di tempat yang berkelas, sehingga  dapat mendorong anak-anak muda di Sumsel untuk  berkarya dan mereka yakin kalau produk lokal layak dijual,” imbuh jebolan Bengkel Teater WS Rendra, saat dihubungi melalui ponselnya tadi malam, Jumat (17/11/2017).

Komentar

Terbaru