MANAberita.com — MOMEN berkumpul bersama teman atau keluarga besar seketika bisa berubah jadi saat yang kurang menyenangkan saat muncul beberapa pertanyaan seputar urusan pribadi.
Salah satu pertanyaan yang paling sering dilontarkan adalah “Kapan menikah?”
Pertanyaan yang sebenarnya sederhana ini rupanya cukup sensitif bagi sebagian orang.
Pernah ada kasus kriminal seorang pemuda yang membunuh tetangganya sendiri lantaran kesal selalu ditanya kapan akan menikah.
Ada pula kisah unik yang muncul karena rasa bosan terus mendapat pertanyaan kapan menikah.
Seorang wanita asal Uganda yang berkuliah di Inggris melakukan sebuah hal unik ini.
Dilansir Daily Mirror, perempuan bernama Lulu Jemimah itu memutuskan menikah dengan dirinya sendiri tepat di ulang tahunnya yang ke-32.
Selama ini keluarganya sering menanyakan kapan dia berencana menikah. Bahkan, mereka sudah bersiap sejak dia kecil.
Dia bercerita, ayahnya sudah menuliskan pidato pernikahan ketika umurnya 16 tahun. Sementara ibunya setiap hari berdoa agar putrinya mendapat suami yang baik.
Namun Lulu merasa dia masih belum siap untuk berjalan di altar pernikahan karena yang dia pikirkan saat ini adalah menuntut ilmu.
Sejak Agustus 2017, Lulu menempuh pendidikan Master jurusan Penulisan Kreatif di Universitas Oxford selama dua tahun.
Sebelumnya di 2013, dia memperoleh ijazah Sarjana di Universitas Macquarie Australia, dan sempat bekerja sebagai jurnalis lepas di Organisasi Internasional Migrasi.
Meski berhasil diterima di salah satu universitas terkenal dunia, orangtua Lulu tetap menanyakan kapan dia punya pacar dan mengikat janji pernikahan.
Pertanyaan itu membuatnya bosan hingga salah satu sahabatnya, Karin, memberikannya sebuah ide bahwa dia harus menikahi dirinya sendiri.
Ceritanya, keduanya tengah membahas perayaan kecil-kecilan yang dilakukan Lulu setelah dia berhasil menembus Universitas Oxford.
Saat itu, Lulu sempat melontarkan candaan bahwa dia bakal muncul dengan gaun pernikahan supaya orangtuanya senang. Karin yang mendengarnya senang, dan menawarkan mencarikannya gaun.
“Ucapan Karin kemudian menyadarkan saya pernikahan seperti apa yang saya butuhkan: saya harus menikahi diri saya sendiri,” ujar dia.
Lulu segera mempersiapkan “upacara pernikahan” di Bar Quepasa di ibu kota Kampala pada 27 Agustus dengan teman-temannya membantunya bersiap.
Ada yang membantu membuat undangan, ada yang membantunya mencari gaun. Sementara saudaranya memanggang kue pernikahan.
“Harga gaun di Uganda sangat mahal. Namun setelah saya berkata saya bakal menikah dengan diri sendiri, teman saya membantu mencarikan yang murah,” tutur Lulu.
Penjaga toko sempat tak percaya setelah dia berujar bakal menikahi diri sendiri. Dia sempat diminta menaruh kartu identitasnya.
Namun, setelah melihat kartu anggota mahasiswa Universitas Oxford, si penjaga toko kemudian berteriak histeris dan terkesima.
Si pemilik bar yang juga teman Lulu menyanyikan lagu pernikahan ketika dia keluar dari toilet dan menunju panggung yang didesain seperti altar.
Lulu lalu menjelaskan bahwa tidak ada pengantin pria, di mana rekan-rekannya sudah memahami maksud yang dia sampaikan.
Dia mengaku sangat senang ketika memakaikan cincin ke jarinya sendiri di hadapan 30 tamu yang merupakan jurnalis internasional hingga sutradara film.
Dia menyatakan pernikahan merupakan ekspresi dari cinta dan komitmen.
“Namun di sini, menikah adalah memastikan perempuan mendapat jaminan finansial,” terang dia.
Keesokan harinya, Lulu menceritakan alasannya kepada orangtuanya. Ibunya mengaku terharu dan ayahnya tak sanggup berkata-kata.
“Saya menjelaskan bahwa dengan mengenakan gaun pernikahan, saya telah mempunyai kesiapan hati untuk menikah,” tutur Lulu. (Alz)