MANAberita.com — BELAKANGAN ini netizen dibuat geram dengan ulah oknum yang melakukan penjarahan disaat bencana alam tengah terjadi di Palu. Diketahui, mereka menjarah makanan, pakaian, alat elektronik hingga yang tak masuk akal seperti ban mobil.
Bagaimana kondisi sebenarnya yang terjadi? Seorang korban bencana gempa asal Makassar, Syahrul Fahmi, menuliskan sebuah tulisan yang lebih detil tentang seperti apa kejadian sebebarnya:
“Maafkan Aku Telah “Mencuri”
Sepanjang hari kepalaku masih diisi rasa takut. Padahal saya, istri yang hamil tua, anak berumur 2 tahun beserta mama sudah berada di tempat yang sangat aman. Jauh dari lokasi bencana alam maha dahsyat Gempa, Tsunami, Longsor dan luapan lumpur.
Tapi fikiran masih belum bisa tenang. Ditambah lagi saya meninggalkan beberapa kerabat yang masih menetap di sana. Keadaan mereka baik-baik saja. Tapi tak tahu jika terjadi bencana susulan.
Terakhir kami berkomunikasi, Selasa 2 Oktober. Kata mereka, kesehatan mulai menurun. Ketersediaan bahan pokok sudah habis. Tak ada lagi kebutuhan yang bisa dipenuhi.
Mereka pun saat ini masih tetap berada di tenda pengungsian yang mereka bangun sendiri. Mereka tak tahu mau kemana.
Saya sendiri yang sudah berada di tempat aman pun masih belum bisa tenang. Apalagi mereka.
Di tayangan televisi serta di sejumlah pemberitaan baik media online maupun di sosial media, memperlihatkan kondisi terkini kota tempatku merantau tersebut.
Aksi penjarahan terjadi di mana-mana. Bantuan pun belum datang sepenuhnya. Banyak yang sudah kelaparan dan hampir mati sebab pembagian bantuan belum merata.
Ada berbagai aspek yang menyebabkannya, seperti medan sulit ditembus, akses jalan lumpuh total, hingga ancaman keamanan dari oknum yang ingin meraup keuntungan atas musibah menimpa saudara kita.
Terkait penjarahan. Saya mendapat tamparan keras atas klaim orang-orang “SUCI” yang mengatakan apa yang dilakukan adalah salah. Saya hanya ingin meluruskan kondisi di sana dengan sedikit kisahku sebelum dievakuasi ke Makassar.
Aksi penjarahan di sana memang benar adanya. Saya sendiri pun sempat melakukan hal yang dianggap tak terpuji itu. Tapi itu bukan pilihan, melainkan keharusan.
Saya saat itu menjarah sekotak susu formula merek Dancow 1+ ukuran 200gr (Hanya itu yang tersisa). Ini untuk anakku yang sudah semalam tak minum susu. Di posisi saya ini, tak ada pilihan, selain melakukan hal tak terpuji itu.
Uang saku yang saya punya sebenarnya masih cukup membeli kebutuhan sehari-hari hingga sebulan. Tapi apalah arti uang dimata korban bencana. Tak ada satu pun toko yang menyediakan kebutuhan anakku. Sementara dia sudah tidak pernah diam dalam tangisnya. Rasa lapar tak tertahankan.
Saya sebagai orang tua tergerak. Memang makanan untuk kebutuhan saya, istri, mama dan kerabat yang umurnya sudah diatas remaja masih ada dan cukuk untuk beberapa hari. Tetapi untuk anak saya yang masih berumur 2 tahun, itu sudah tak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata.
Sekali lagi, saya ingin meminta maaf kepada kalian yang terus menghujat aksi penjarahan. Saya ingin memebri tahukan apa sebenarnya yang terjadi.
Aksi penjarahan yang kami lakukan tak semuanya untuk mencari keuntungan. Memang ada juga orang yang mengambil barang-barang berharga, seperti tv, kulkas, lemari, mesin cuci hingga perhiasan berupa emas.
Tapi sekali lagi saya tekankan, yang melakukan aksi tak terpuji itu memang adalah perampok. Mereka memanfaatkan keadaan yang sangat medesak itu untuk mengambil keuntibgan dari atas musibah.
Saya mohon jangan semuanya salahkan kami yang hanya menjarah beberapa kebutuhan untuk hidup. Kami melakukan sebuah hal tak terpuji menjadi hal wajib kami lakukan untuk sanak keluarga kami.
Salam. Semoga saudara kita sudah bisBa mendapatkan bantuan dan musibah gempa berkesudahan. Semoga kita semuaa bisa bangkit dari musibah ini,” tulisnya. (Dil)