MANAberita.com — LAGI-LAGI sebuah cuitan untuk diriku sendiri. Maaf sempat menyalahkanmu atas kisah patah hati ini.
Maaf karena terus memikirkannya membuatmu harus terpaksa terjaga. Wahai badan, aku sudah berusaha sekuat mungkin untuk tidak memikirkan tentang dia.
Maaf untuk tetesan airmata yang terus mengalir. Aku hanya belum terbiasa. Aku tak berjanji ini yang terakhir, namun, sebisa mungkin aku akan menghindari dari apa yang membuatku getir.
Juga untuk lantunan lagu sedih penyayat hati. Sebenarnya bukan tentang liriknya, namun mengenai teriakan hati yang terlampiaskan melalui nyanyian. Memang terdengar menyiksa diri sendiri, tapi tak apa. Setidaknya tidak akan lama.
Maaf karena sempat mengharapkan berbalik arah dan mendekapku lagi. Aku ini hanya manusia yang impiannya dicampakan, jadi, harapan itu masih berbekas.
Maaf, aku berjanji akan menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih tegar dan mudah tersakiti. Karena aku tahu, ketika aku mencintainya sepenuh hati, dia justru mencampakanku tanpa arti.
Terima kasih telah tegar saat disakiti olehku, terima kasih tak menuntut ketika disalahkan oleh diri ini. Tak akan ada lagi pihak manapun yang berusaha merubahmu agar dicintai sesuai keinginan mereka.
Terima kasih telah mencintainya, terima kasih sudah membuatnya menjadi salah satu orang spesial di hidupku. Terima kasih untuk cinta dan kasih sayang yang engkau berikan pada pria itu.
Dan, kumohon, mulai saat ini, bantu aku melupakannya. Aku juga ingin bahagia, seperti dia sekarang sudah berbahagia dengan pilihannya yang baru.
Tertanda, pemilik tubuh yang sedang terpatahkan. (Dil)