MANAberita.com — SEVENTEEN masih berduka setelah 3 personilnya meninggal dunia akibat diterjang tsunami pada Sabtu (22/12) malam di pantai Tanjung Lesung, Banten.
Mantan manager Seventeen, Dendy Reynando, menceritakan bagaimana awal mulanya terbentuk band Seventeen. Diketahui Dendy telah menjadi manager sejak tahun 2006 hingga 2015
@Dendi Reynando: “SEVENTEEN dan kisahnya
Sore itu bulan september tahun 2004 suasana di kota jogja sedang dirundungi hujan. Saya duduk di depan distro yg baru saya rintis bersama 4 orang teman bernama Blenk Aidi co. Dari kejauhan ada sebuah motor datang merapat untuk berteduh. Sosok itu melempar senyum ramahnya. Lalu masuk kedalam distro. Saya merasa kenal sosoknya. “Kok saya kayak pernah liat ya mas” kata saya. Orang tersebut tersenyum dan bilang “Mirip kali mas”.
Lalu dia memilah milih baju-baju yang dia sukai. Saya tetap memperhatikan wajahnya untuk mengingat dimanakah saya bertemu orang ini. Setelah melakukan transaksi, saya mencoba menekankan lagi, “Serius mas kok saya pernah liat ya wajahnya” kata saya. Lalu orang tersebut mengeluarkan stiker SEVENTEEN BAND dari dalam tas nya. Sontak saya bilang “Pantesan, saya nonton launching album pertamanya di lapangan lembah UGM dan saya suka lagu lagunya mas”. Dan kamipun berkenalan. “Saya dendi”. “Saya herman”.
Lalu obrolan sore itu mengalir dengan akrabnya yang berujung dengan Herman akan membawa teman teman personil lain. Saya kemudian menyadari hujan sore itu membuat saya berkenalan dengan herman menjadi titik penting dalam karir saya. Selanjutnya saya mengenal kak Bani, kak Andi, kak Yudhy, Resa, Doni. Saya merasakan chemistry yg luar biasa saat bersama mereka. Keramahan nya, tawa nya, semangat nya dan mimpi-mimpinya terhadap seventeen.
Akhirnya seventeen menjadi salah satu band yang saya endorse dengan brand clothing saya tersebut. Resa yang sudah menjadi manager Seventeen saat itu mengajak saya bergabung untuk mempersiapkan album kedua seventeen. Kondisinya Seventeen butuh investor untuk persiapan tersebut, dikarenakan label Universal menghentikan produksi artis lokalnya. Saya membuatkan Business Plan Album kedua Seventeen untuk presentasi kepada Investor. Singkat cerita kami mendapat investor lalu bergabung dengan salah satu label indie.
Saya dan seventeen resmi menjadi “kami” dan berbagi tugas dengan resa untuk mengurus bisnis Seventeen.
Namun perjalanan tak mudah, tahun 2006 saat promo album kedua terjadi gempa Jogja yang membuat aktivitas promo seventeen terhenti karena kami memutuskan balik ke Jogja untuk mengevakuasi keluarga dan recovery. Pada tahun yang sama, Doni vokalis seventeen tidak lagi bergabung. Tahun yang cukup berat. Banyak suara suara minor yg pesimis tentang kelanjutan Seventeen dikarenakan Doni adalah pencipta lagu lagu hits di 2 album yang sudah rilis tersebut. Bahkan ada salah satu music producer yg masih saya ingat wajahnya menyarankan agar bubar aja karena lagu anak anak yang lain itu nggak ada yang kuat. Namun kak herman, kak bani, kak andi dan kak yudy tetap semangat untuk melakukan audisi vokalis baru. Dalam proses itu kami menemukan Ifan dengan suara yg luar biasa dan personality yg sangat sangat menyenangkan. Kehadiran ifan memberikan energy yg unstopable untuk seventeen terus berkarya. Saya merasakan suara ifan dengan lagu ciptaan herman, bani, yudy dan andi menghasilkan komposisi yang indah sekali. Berbekal demo lagu baru itu pada Tahun 2007 saya dan Resa bolak balik ke jakarta untuk mengajukan demo ke label label. Pada saat itu intensitas manggung menurun yang mengakibatkan kami pindah beskem ke sebuah gang kecil di daerah pinggiran jogja. Rumah petak murah ukuran 4x10meter. Rumah yg sangat sederhana sekali. Deru nafas tetangga disebelah saja bisa kedengeran karena tidak ada plafon. Jadi kami bisa bermain ping pong dengan berbatas tembok sama tetangga sebelah. Kami merasa tidak enak dengan tetangga karena suara tawa kami cukup mengganggu mereka. Belum lagi di tambah kelakukan kelakukan yg memancing tawa, seperti herman yang usil dengan hoax yg selalu di sebarkan, yudy yang suka ngeles dan punya teori sendiri terhadap banyak hal, bani yang latah dan selalu mengeluhkan anak anak nggk pernah ontime, andi yang kritis tapi kadang menimbulkan perdebatan tak berujung dan ifan yang punya semangat menggebu gebu dalam setiap hal. Saat itu kami selalu makan angkringan nasinkucing dan gorengan setiap hari nya. Karena murah.
Saya sudah menyelesaikan kuliah saat itu. Entah kenapa tidak sekalipun saya mencoba melamar kerja yg lebih baik dengan Ijazah UGM yg saya punya. Saya begitu yakin dengan apa yang saya lakukan di seventeen. Namun orang tua saya dikampung sulit memahami tentang pekerjaan saya di seventeen yg juga belom menghasilkan apa apa.
Saat itu tak satupun label besar tertarik. Andi mulai bekerja di sebuah Bank di jogja, Bani menyelesaikan kuliah nya jurusan Psikologi. Yudy juga sedang skripsi di jurusan ilmu komunikasi sedangkan herman kuliah nggak selesai di teknik elektro dan akan di panggil pulang ke tidore untuk meneruskan usaha. Ifan kuliahnya tak selesai di ekonomi dan berharap besar dengan album terbaru seventeen. Sehingga energi ifan ini memantik semangat yg besar buat personil yang lain tetap berkarya.
Di saat saat sulit itu kami tetap optimis dengan solusi bikin demo baru. Pada akhirnya ada sebuah label yang baru berdiri mau memproduksi album ke 3 seventeen. Label itu bernama Mi2 Music Production. Akhirnya tahun 2008 album Lelaki Hebat dengan single pertama Selalu Mengalah di rilis. Karena label baru jadi semua aktivitas promosinya kami lakukan sendiri. Berkat dukungan radio, TV, cetak dan media lainya, Alhamdulillah Selalu Mengalah mengantarkan kami ke tempat yg lebih baik. Kami secara serentak membeli HP baru yang ada camera nya di ITC cempaka putih. Kami pergi makan ketempat yang enak. Kami beli baju yang kami suka. Kami membeli instrumen untuk bisa tampil lebih baik. Kami beli mobil operasional seventeen. Kami mengontrak basecamp dijakarta yang cukup untuk kami tinggali bersama sebanyak 15 orang. Kami tidur di ruangan ber AC. Kami sudah di fasilitasi hotel dan transportasi yang baik oleh EO.
Hari hari yang kami lewati terasa berbeda dengan intensitas jadwal yang cukup padat. Lalu masing masing berkeluarga. Selanjutnya punya anak. Album dan tour menjadi rutinitas yang belum pernah kami rasakan sebelumnya. Team produksi kami juga berkembang dengan sangat hebat, oki yang sabar dan cekatan mensiasati setiap aktivitas panggung, ujang crew yang serba bisa. Saya memilih untuk tidak ikut offair dari tahun 2010 karena menurut saya resa, oki, ujang dan crew lain nya sudah sangat hebat di lapangan. Lalu saya berfikir untuk berkembang ke arah industri entertainment lain nya seperti record label, artist management, Film, publishing lalu saya menyampaikan niat saya untuk mendirikan Mahakarya pada tahun 2009. Dengan project pertamanya saya merilis single band – band daerah yang di produseri oleh personil seventeen. Herman, ifan, andi, bani dan yudhy memberikan support yg positif karena kita bisa bekerjasama dalam konteks yang lebih besar. Akhirnya saya dengan Mahakarya merilis Sidepony produced by Ifan, karivella produced by herman, caroline produced by yudhy, identity produced by bani dan sekoci produced by andi. Selanjutnya selain Seventeen, Gilang Dirga, Komo Ricky, Sandy Canester, Stewart Henry, Fadi Iskandar, Bacun Hakim, Adiezty Fersa, Anderta, Soulful Corp, Sidepony, Varsity menjadi bagian keluarga kami sampai saat ini. Namun sebelumnya juga sempat mampir Govinda, Ussy, Andhika Pratama, Drive, Captain Jack etc. kami semua seperti layaknya keluarga besar. Namun pembelajaran yang saya dapat dari me-manage Seventeen itulah yang menjadi pijakan saya untuk melangkah dan berusaha berkembang ke arah yang lebih baik. Sampai pada tahun 2017 Mahakarya memproduksi film pertama surau dan silek dengan OST seventeen mimpi besar.
Kesibukan baru yang kami jalani sebagai suami, ayah, pengusaha, politisi dan photographer membuat kami tidak punya waktu banyak untuk berkumpul seperti dulu. Namun kami saling merindukan satu sama lain. Seperti saya yang selalu merindukan meeting tentang next planing seventeen yang akan kita jalani. Pertemuan kami selalu lebih banyak tawa kelakar di bandingkan obrolan serius.
Pada tanggal 13 Desember 2018 lalu, kami meeting tentang persiapan konser ulang tahun seventeen yang ke 20tahun pada 17 januari 2019. Selain itu kami berniat merilis dokumenter perjalanan seventeen dengan mencoba mengumpulkan footage dari 2003 yang telah tersebar di banyak tempat.
Pada tanggal 22 des 2018 jam 23.00. Saya mendapat telpon dari achonk tentang kejadian Tsunami. Lalu ifan govinda. Berikut brur dan Gilang. Setelah bisa telponan dengan salah satu crew yg selamat saya minta di ceritakan kronologisnya. “Seventeen manggung membelakangi pantai lalu pas lagu kedua di gulung ombak besar” Kata erick dan tumbut crew yg selamat.
Perasaan saya mulai tidak karuan. Sampai muncul kabar kabar simpang siur yang membuat saya tidak mau percaya. Lalu team dari mahakarya achonk bersama ifan govinda dan bang hendra kakaknya herman berangkat jam 2 malam menuju lokasi. Saya sendiri besok paginya setelah mendapat kepastian dari ifan tentang bani dan oki sudah meninggal yang baru bisa saya percaya karena ifan lihat sendiri. Saya dan ifan terisak melalui telpon tersebut. Saya meluncur dengan sangat cepat bersama candra. Brur yang baru balik dari kudus pagi itu langsung meluncur ke lokasi bersama risky dan andre. Masih di perjalanan saya mendapat kabar Herman juga meninggal. Saya shock. Namun kami harus menahan semua kesedihan yang ada. Andi, Ujang dan istri Ifan Dylan Sahara yg hari itu sama sama berulang tahun dengan saya, masih belom di temukan.
Dylan adalah orang yang membuat ifan menjadi versi terbaik dirinya.
Saya berkoordinasi dengan semua team saya di Mahakarya; achonk, brur, dian, deni, hendri, gopar, rofik, nando, ara dan onyenk untuk bagi bagi tugas. Yang terfikir hanya bagaimana agar mengurus sebaik baiknya dan secepat cepatnya supaya jenazah sampai dirumah duka dengan cepat dan baik karena kami menganggap inilah persembahan kami yang terakhir untuk kak eman, kak bani, kak andi, oki, dylan dan ujang sebagai sahabat dan keluarga rekan kerja selama belasan tahun. Kondisi di lokasi kejadian, pengungsian, Rumah sakit yang cukup crowded membuat semua team harus ber adaptasi sebaik baiknya dan secepat cepatnya. Sampai kami tak sempat untuk menangis. Karena koordinasi yg cukup intens dengan semua pihak termasuk, keluarga, media, team sar, rumah sakit, ambulance, bandara, cargo, dokter dan hal hal lain yang belom pernah kami temukan dalam aktivitas kami sebelumnya. Ditambah lagi dengan banyaknya korban yang bertumpuk dirumah sakit dan lokasi kejadian.
Pada akhirnya ketika semua jenazah sudah sampai dirumah duka. Barulah saya merasa kehilangan yang dalam. Seperti lagu “kemarin” yang pernah saya tanya ke kak eman 3 tahun lalu, kenapa lagu ini beda dengan lagu-lagu mu yang lain. “Iya itu lagu tentang kematian sob, nggak tau kenapa tiba tiba keluar begitu aja” jawab kak eman. Lagu itu dirilis 21 des 2016, saat dirilis tidak begitu bagus responnya. Tepat 2 tahun setelahnya, saat Kita berduka dengan kehilangan kalian barulah lagu “kemarin” punya tempat di hati banyak orang. Mungkin lagu ini memang untuk melepasmu ya kak eman, kak bani, kak andi, oki, dylan dan Ujang?
Di ruang ruang kosong antara detik dan detik terisi gelak tawa kalian. Memang benar, keberadaan seseorang itu akan sangat terasa ketika orang itu tidak ada. Maaf kan aku ya kak eman, kak bani, kak andi, oki dan ujang. Kalian telah menjadi kakak, guru, sahabat dan inspirasi dalam langkah kami kedepan.
Karena pulang yang sesungguhnya itu adalah pada NYA. Insyallah kami ikhlas.
Salam hormat dan rindu dari aku ya kak.
Dendi Reynando,” tulisnya. (Ila)