MANAberita.com – DI awal 2019 ini, kaum Bumi datar mengumumkan rencana petualangan. Mereka ingin melakukan perjalanan dengan kapal pesiar pada 2020 nanti. Acara disiapkan semuanya oleh Flat Earth International Conference (FEIC). Petualangan ini tidak ada bedanya dengan perjalanan plesiran di atas kapal pesiar biasa. Di sana para kaum Bumi datar bisa menikmati kolam renang, restoran, dan berbagai fasilitas lainnya.
Terdengar tidak ada yang salah, ya, dengan itu semua. Semua bersenang-senang di atas kapal pesiar. Tapi, ada suatu ironi saat para penganut teori Bumi datar ini berkelana di laut. Sistem navigasi di kapal-kapal yang dipakai, bakal bergantung pada fakta bahwa Bumi itu bulat. Iya, mereka memakai sistem GPS dan arah Bumi bulat.
“Sistem navigasi kapal bergantung pada prinsip bahwa Bumi itu bulat,” kata Henk Keijer, seorang ahli kelautan yang dahulu bekerja sebagai kapten kapal pesiar selama 23 tahun. “Grafik bahari didesain berdasarkan satu hal, bahwa Bumi itu bulat,” tambah dia.
Dilansir dari kumparan, Keijer, yang kini bekerja sebagai ahli forensik kelautan di perusahaan konsulta Robson Forensic, mengatakan keberadaan teknologi GPS sudah bisa menjadi bukti bahwa Bumi itu bulat, bukan datar seperti yang diklaim kaum Bumi datar. GPS bergantung pada 24 satelit utama yang mengorbit Bumi untuk memberikan informasi mengenai posisi dan navigasi.
“Alasan kenapa 24 satelit digunakan adalah karena lengkungan Bumi,” jelas Keijer. “Diperlukan minimal tiga satelit untuk menentukan posisi suatu objek. Tapi, jika seseorang yang berlokasi di sisi lain Bumi juga ingin mengetahui posisi mereka, maka diperlukan sejumlah satelit lain.””Kalau Bumi datar, tiga satelit sudah cukup untuk memberikan informasi navigasi kepada semua orang di Bumi. Tapi kenyataannya tidak cukup, karena Bumi bentuknya bulat,” papar dia.
Saya sudah berlayar kurang lebih sekitar 2 juta mil. Tapi saya belum pernah bertemu seorang kapten kapal yang mempercayai bahwa Bumi itu datar,” pungkas Keijer.