MANAberita.com — LEDAKAN yang disebut berasal dari plastik berisi campuran oksigen dan uap karbit yang membuat mushla dan bangunan pondok pesantren di Mandesan, Selopuro, Kabupaten Blitar hancur masih dalam pemeriksaan polisi.
Ledakan yang juga membuat dua bocah dirawat di RSUD Ngudi Waluyo tersebut terjadi sekitar pukul 16.00 Wib.
Dari hasil olah TKP, kronologi kejadian ini bermula ketika ada dua orang pria mengisi plastik yang biasanya digunakan sebagai wadah ikan dengan oksigen dan uap karbit. Plastik itu lalu diikat menggunakan tali ban untuk disulut di tempat lain.
Lokasi pembuatan mercon plastik itu diduga berada di salah satu bangunan pondok pesantren dekat musala Tarbiyatul Mudtadi’in. Plastik tersebut kemudian dibawa oleh Arbian dan Rifai.
Tak lama kemudian, plastik tersebut meledak hingga merobohkan bangunan dan mengakibatkan dua bocah tersebut mengalami luka bakar. Satu diantaranya harus dirawat di ICU RSUD Ngudi Waluyo, Wlingi.
Dua bocah yang menjadi korban ledakan di Selopuro, Kabupaten Blitar disebut menjalani perawatan intensif di RSUD Ngudi Waluyo, Wlingi. Mochammad Rifai (12) dan Arbian Safa Maulana (9) menderita luka bakar.
Arbian Safa Maulana (9) mengalami luka ringan, namun Rifai mengalami luka bakar 85 persen. Rifai menjalani perawatan di ruang ICU ,RSUD Ngudi Waluyo dan didampingi keluarga.
Kondisi Rifai disebut cukup parah. Hampir sebagian tubuhnya diperban. Hanya bagian wajah yang nampak. Bahkan wajah Rifai terlihat melepuh kerana luka bakar yang cukup serius.
Informasi yang dihimpun, Rifai dan Arbian Safa membawa dua kantong plastik yang sebelumnya diisi oleh uap karbit dan oksigen oleh Ahmad Masruri dan Muhammad Najiyullah Zein yang kini dalam pengejaran polisi.
Ketika kantong plastik meledak pada Selasa (04/06) pukul 16.00, musala dan bangunan pondok pesantren Tarbiyatul Mudtadi’in ikut hancur. Reruntuhan bangunan juga menimpa Rifai. Warga yang berada di lokasi berbegas membongkar reruntuhan bangunan dan mengevakuasi Rifai. Ia lalu dibawa ke rumah sakit.
Dari hasil pemeriksaan petugas RSUD Ngudi Waluyo, Rifai mengalami luka bakar disekujur tubuhnya. Bahkan, dibeberapa bagian tubuhnya terdapat luka. Rifai juga diberi alat bantu pernapasan. Pihak keluarga yang mendampingi Rifai juga tak bersedia di wawancarai.
Sementara itu, menurut Kepala Dusun setempat, Slamet Muhtamim, petasan plastik yang diisi oksigen dan uap karbit disebut memiliki suara yang lebih keras bila dibandingkan petasan biasa.
“Tapi baru kali ini suaranya lebih keras dari biasanya,” kata Slamet.
Hingga kini, lokasi reruntuhan bangunan pondok pesantren dan musala Tarbiyatul Mudtadi’in dipasangi garis polisi.
Sejumlah barang bukti dilokasi yang terdiri dari cairan karbit, kantong plastik yang belum meledak diamankan polisi untuk diperiksa.
Polisi tengah mengejar dua pria pembuat plastik udara tersebut yang belakangan diketahui bernama Ahmad Masruri warga setempat dan Muhammad Najiyullah Zein, Warga Ploso, Selopuro.
“Dua pelaku pembuat plastik sedang kami kejar dan kami lakukan penyelidikan,” ujar Kasatreskrim Polres Blitar, AKP Sodik Effendi, Selasa (04/06/2019) malam usai melakukan olah TKP. (Ila)