MANAberita.com – SEORANG petani di North Hall di Mazabitt, Kenya utara, berdiri tak berdaya di tanah tempat dia biasanya menggembalakan ternak. Di dekat Guyo, 350 kambing dan domba miliknya mati setelah badai menerjang daerah tersebut.
“Semua kambing dan domba saya harus disembelih, dimakan dan dijual. Tapi sekarang, saya kehilangan mereka dan tidak punya uang,” kata Guyo.
Dilansir dari laman news.act.id, Guyo adalah salah satu dari banyak petani yang menderita kerugian besar minggu lalu setelah ternak mereka mati dalam badai musim dingin. Sedikitnya 20.000 domba dan kambing mati kedinginan dalam badai tersebut, yang tercatat sebagai yang terburuk di Kenya utara.Dari foto-foto yang beredar di media sosial, tampak bangkai kambing dan domba berserakan di antara semak belukar di wilayah North Horr.
Departemen Meteorologi Kenya menyatakan, hujan deras yang mengguyur wilayah Marsabit pada pekan lalu, memiliki intensitas yang dua kali lipat lebih tinggi dibanding intesitas hujan normal. Hujan ini pun datang dengan suhu yang lebih dingin dari biasanya, sehingga menyebabkan hewan ternak mati kedinginan.
Terakhir kali wilayah Marsabit itu dilanda badai serupa adalah tahun 1998.
Sebelumnya, musim kemarau pada 2021 di Kenya telah menyebabkan hewan ternak yang bertahan hidup, memiliki tubuh yang kurus kering. Selain memberi dampak berkurangnya pasokan pangan dari sektor peternakan, hewan yang kurus pun membuat peternak tak bisa menjual ternaknya. Hal ini juga yang menyebabkan krisis ekonomi terjadi di antara para peternak.
Diperkirakan, lebih dari 2 juta orang di wilayah peternakan Kenya utara berjuang untuk menemukan cukup makanan. Jumlah kerawanan pangan di Kenya pun semakin meningkat imbas serangan hama pertanian. Hal ini membuat petani gagal panen dan pasokan pangan yang sekarang menipis.
[SAS]