MANAberita.com – GUNUNG Anak Krakatau di Selat Sunda, mengalami erupsi pada Kamis (24/3) pukul 11.10 WIB dengan dengan tinggi kolom erupsi sekitar 1000 meter dari atas puncak.
Hal itu berdasarkan pantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM melalui kamera CCTV di Pulau Sertung.
Mengutip CNN Indonesia, saat diamati kolom letusan berwarna putih-kelabu tebal dan tersebar mengarah ke selatan. Hingga saat ini erupsi menerus masih berlangsung dengan tinggi kolom erupsi bervariasi antara 500-1.000 meter dari puncak.
“Namun demikian, dari rekaman getaran kegempaan menerus atau tremor gunung api, amplitudo getaran berfluktuasi dengan kecenderungan mengecil,” kata Kepala PVMBG Andiani melalui siaran pers, Kamis (24/3).
Berdasarkan data pemantauan secara visual dan instrumental, kata Andiani, mengindikasikan Gunung Anak Krakatau masih berpotensi erupsi.
Sedangkan, potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini dapat berupa lontaran lava pijar, material piroklastik maupun aliran lava. Selain itu, hujan abu lebat secara umum berpotensi di sekitar kawah di dalam radius 2 km dari kawah aktif.
Sementara itu, hujan abu yang lebih tipis dapat menjangkau area yang lebih luas bergantung pada arah dan kecepatan angin.
“Saat ini tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau ditetapkan pada level II atau waspada), dengan rekomendasi agar masyarakat tidak mendekati dan beraktivitas di dalam radius 2 km dari kawah aktif Gunung Anak Krakatau,” kata Andiani.
Andiani pun menjelaskan kronologi peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau. Pascarangkaian erupsi Februari 2022, pada 23 Maret 2022 pukul 20.33 WIB, teramati peningkatan aktivitas melalui alat kegempaan atau seismik dengan membesarnya amplitudo maksimum getaran tremor.
Kemudian, pada 24 Maret 2022 mulai pukul 08.54 WIB amplitudo maksimum mengecil tetapi kemudian meningkat kembali sejak pukul 08.55 WIB hingga melebihi skala alat.
“Kegempaan Gunung Anak Krakatau selama 1-24 Maret 2022 ditandai dengan terekamnya gempa-gempa vulkanik dan gempa permukaan yang berasosiasi dengan pergerakan fluida (magma dan gas). Kenaikan energi aktivitas vulkanik menunjukkan pola fluktuasi dengan kecenderungan relatif meningkat sejak membesarnya amplitudo maksimum tremor pada 23 Maret 2022,” tutur Andiani.
[sas]