MANAberita.com – SUDAH dua tahun pandemi COVID-19 terjadi, pemerintah China dinilai tidak punya rencana bagaimana mengakhiri pandemi tersebut. Rakyat China pun lelah dan marah.
Sebuah video yang beredar memperlihatkan beberapa orang warga Shenzhen yang melakukan aksi unjuk rasa yang ditujukan kepada pemerintah China. Mereka memprotes kebijakan lockdown yang dilakukan pemerintah China yang ternyata lebih panjang daripada jadwal.
“Kalian tidak bisa melakukan ini. Kami butuh makan dan membayar sewa rumah!” teriak salah seorang pendemo, Minggu (27/3/2022).
“Buka! Kami minta lockdown dibuka!” teriak pengunjuk rasa lainnya.
Melansir Detiktravel, warga Guangzhou juga terlihat dalam potongan video sedang berusaha untuk melarikan diri dari kebijakan lockdown yang dilakukan oleh pemerintah setempat.
Meski sudah memberlakukan kebijakan lockdown, tetapi jumlah kasus positif di China terbukti tidak turun secara drastis. Kasus positif baru tetap bermunculan. Gelombang demi gelombang penularan terus terjadi.
Bulan ini, kasus positif COVID-19 di China mencapai lebih dari 56.000 kasus di 28 provinsi. 95% dari kasus tersebut adalah tidak bergejala.
Di saat negara dunia lainnya ramai-ramai membuka pintu gerbang mereka dan siap untuk hidup berdampinan dengan COVID-19, China masih memberlakukan kebijakan Zero Covid alias tidak boleh ada kasus positif satu pun di wilayah tersebut.
Di media sosial Weibo, rakyat China mulai mempertanyakan apakah pemerintah China berniat untuk menyudahi pandemi COVID-19 seperti negara lainnya atau tidak?
Sementara itu, para pakar kesehatan di Negara Tirai Bambu bersikukuh bahwa stratei lockdown adalah strategi terbaik untuk melindungi golongan masyarakat yang rentan tertular COVID-19.
Sementara bagi kalangan yang kontra, strategi itu dinilai sangat ambisius. Epidemiologis China, Liang Wannian tetap berpendapat bahwa China harus tetap teguh pada rencana mereka.
“Di bawah situasi seperti ini, saya yakin kita akan terus mengevaluasi situasi epidemi di China dan mengambil langkah-langkah adaptif untuk melawan virus itu,” pungkas Wannian.
(sas)