Manaberita.com – DI Twitter netizen Indonesia sempat bahas perihal kenapa Jalan Tol Cisumdawu di Sumedang dibuat berkelok, padahal bisa saja lurus.
Hal tersebut mengomentari sebuah foto salah satu ruas Jalan Tol Cisumdawu yang dimana salah satu bagiannya diberi garis lurus warna merah.
Melansir dari TribunJabar.id, Jika mengikuti garis merah lurus itu, atau dibuat lurus, kemungkinan biaya pembangunannya bisa lebih murah.
Lantas, benarkah demikian?
Guru Besar Teknik Sipil UGM Siti Malkhamah mengatakan, Tol Cisumdawu memang tidak dibuat lurus karena ada permukiman warga.
“Terkait ini, jalan yang berbelok-belok agar menghubungkan berbagai permukiman dan lain-lain. Sehingga hubungan sosial tetap terjaga dengan baik, tetap baik seperti sebelum jalan tol dibangun,” kata Siti.
Selain itu, ada faktor alasan lain jalan Tol Cisumdawu di ruas jalan itu tidak dibuat lurus. Salah satunya, baik jalan tol ada jalan arteri, tidak boleh memiliki jalan lurus terlalu panjang.
“Bagian lurus itu maksimal 2,5 menit. Nah, sesudah itu pengemudi biar fokus mengemudikan, sehingga nanti membelok, dan seterusnya begitu,” jelasnya.
Jalan yang dibuat berkelok juga dengan memperhatikan medan jalan. Selain itu juga bisa karena pertimbangan teknis teknologi yang sulit atau bahkan untuk menghindari biaya yang mahal.
Sehingga trase jalan alinyemen horisontal (kapan lurus, kapan belok) dirancang untuk memenuhi aspek teknis, lingkungan, dan ekonomi.
“Jadi secara praktis itu ada tiga, ada tiga variabel mengapa dipilih jalan itu (dibuat) membelak-membelok,” ujar Siti.
Faktor keselamatan Siti menyebutkan jika jalan yang dibangun secara berkelok dirancang sedemikian rupa untuk menjamin keselamatan pengendara yang melintas.
Pihak pembangun jalan juga memperhitungkan kecepatan maksimum kendaraan ketika melintasi belokan tersebut.
Tak jarang ketika di belokan jalan terdapat rambu-rambu yang memperingatkan pengendara kendaraan batas maksimum kecepatan kendaraan saat melaju melewati belokan tersebut.
Ketika menikung, penggendara akan merasakan sensasi seolah-olah terlempar, jika tidak diimbangi dengan gaya gesekan kendaraan dengan jalan maka akan membahayakan.
Oleh sebab itu, pengendara harus mengikuti rambu dan marka ketika melintasi belokan jalan, termasuk rambu tentang batas kecepatan.
“Ketika menikung itu keseimbangan kita kan seolah merasa terlempar ke luar, itu gaya sentrifugal, nah itu kan diimbangi oleh gaya gesekan (side friction). Nah side friction itu ketika hujan akan berkurang, sehingga hati-hati ketika hujan, itu kurangi kecepatan,” kata Siti.
(Rik)