Manaberita.com – HARI Sabtu (1/10) malam, 42 botol minuman keras bersegel menjadi temuan, seperti diungkapkan oleh Ketua Komite Disiplin PSSI Erwin Tobing, ditemukan di Stadion Kanjuruhan Malang.
Hal tersebut terungkap dalam investigasi PSSI setelah bertemu dengan perwakilan manajemen Arema FC, Ketua Pelaksana Pertandingan Arema FC Abdul Haris, dan Security Officer Arema FC Suko Sutrisno.
“Jadi ditemukan ada banyak minuman keras, botol badek atau cunrik yang istilahnya padat dan dalam botol plastik. Itu sampai ada 42 botol belum sempat diminum di dalam stadion,” kata Erwin di Malang, Selasa (4/10).
“Mengapa [minuman keras] bisa masuk, ini kan seharusnya ada penggeledahan. Yang bertanggung jawab itu pelaksana. Itu beberapa kelemahan-kelemahan yang kita temukan di sini,” ucap purnawirawan polisi tersebut.
Badek merupakan minuman keras dari hasil fermentasi tapai. Adapun cunrik merupakan istilah untuk minuman keras oplosan dari beberapa jenis. Seperti umumnya efek minuman keras, cunrik atau badek bisa membuat mabuk.
Temuan ini, kata Erwin, menjadi salah satu catatan. Menurutnya hal-hal terlarang seperti ini tidak sepantasnya bisa lolos masuk ke dalam stadion. Pasalnya barang bawaan setiap penonton diperiksa sebelum masuk tribune.
Mengenai keterkaitan kericuhan di Stadion Kanjuruhan dengan minuman keras itu, Erwin tak mau berandai-andai. Yang menjadi perhatiannya hanya soal bagaimana jenis barang haram tersebut bisa ada di dalam stadion.
Sementara itu, Agus Babon, Aremania dari Malang Kota, membantah temuan PSSI tersebut. Menurutnya tidak mungkin bisa masuk minuman keras botol ke tribune. Pasalnya pemeriksaan masuk ke tribune terbilang sangat ketat.
“Mustahil itu ada botol minuman di dalam tribune. Pakai logika saja. Pemeriksaan masuk itu ketat. Wong korek api saja disita kok, ini ada botol minuman, ga masuk akal,” kata Agus kepada CNN Indonesia.com.
“Janganlah kami Aremania ini disudutkan begitu. Di tribune itu juga kan ada polisi dan tentara yang jaga. Mau masuk pintu tribune juga diperiksa. Masukin botol minuman itu gimana logikanya,” ucapnya menjelaskan.
Diketahui, Abdul Haris dan Suko Sutrisno disanksi Komite Disiplin PSSI larangan berkecimpung di sepak bola Indonesia seumur hidup. Keduanya dianggap lalai menjalankan tugas sehingga jatuh korban.
Seusai pertandingan Arema versus Persebaya pada Sabtu (1/10) terjadi kericuhan yang berujung meninggalnya 125 orang dan ratusan lainnya luka-luka. Ini terjadi karena polisi menembakkan gas air mata ke tribune.
(Rik)