Manaberita.com – GUBERNUR Jawa Barat Ridwan Kamil (RK) menyinggung anggaran yang digunakan untuk penataan Pura Agung Besakih di Bali dan pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah di Magelang.
RK menyoroti dua tempat ibadah itu ketika menjelaskan penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk pembangunan tempat ibadah.
“Tentang APBN atau APBD dalam membangun tempat ibadah sesuai aspirasi atau urgensi atau kebutuhan masyarakatnya masing-masing. Silakan dicermati dengan jernih. Hatur Nuhun,” cuit RK di akun Twitternya, seraya mengunggah foto tangkapan layar dua berita pembangunan Pura Agung Besakih dan Masjid Agung Jateng, dikutip dari CNN Indonesia (6/1).
Dari unggahan RK penataan Pura Agung Besakih dan pembangunan Masjid Agung Jateng menggunakan anggaran pemerintah. Hal serupa dilakukan Pemprov Jawa Barat saat membangun Masjid Al Jabbar yang baru-baru ini mendapat kritik dari sebagian masyarakat.
RK jadi sasaran kritik atas pembangunan Masjid Al Jabbar yang menghabiskan biaya sekitar Rp1 triliun dengan menggunakan APBD. Namun dalam pernyataan-pernyataan sebelumnya RK menjelaskan bahwa penggunaan dana negara adalah kesepakatan bersama.
Kesepakatan itu tentu dibahas dulu melalui musyawarah bersama rakyat dalam forum musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang).
RK juga menjelaskan bahwa biaya sekitar Rp1 triliun untuk membangun Masjid Al Jabbar meliputi sejumlah proyek dalam kompleks masjid, mulai dari danau buatan pengendali banjir Bandung Timur, Masjid Raya hingga Museum Digital Rasulullah dan Islam di Nusantara atau Jawa Barat.
Ia pun menjelaskan biaya diukur dari ukuran bangunannya. Al Jabbar, rinci RK, memiliki kapasitas 50 ribu jemaah.
Masjid Al Jabbar jadi ikon baru Provinsi Jawa Barat. Total luas masjid ini mencapai 21,799,20 meter persegi.
Dalam peresmiannya, RK menyebut pembangunan masjid telah dilakukan sejak 2017 saat proses groundbreaking pada era Gubernur Jabar Ahmad Heryawan.
Masjid yang didesain RK itu populer dengan sebutan ‘Masjid Terapung’ karena dikelilingi danau retensi sebagai penyerap air yang datang dari utara menuju selatan kawasan Kota Bandung.
Dikutip dari laman Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMTR) Jawa Barat, Masjid Al Jabbar dirancang bukan sekadar untuk salat, namun juga tempat pembinaan khazanah Islam dengan sentuhan konsep wisata.
(Rik)