Modus Beli Sajadah, Mahfud Ungkap Transaksi Miliaran untuk Rakit Bom

  • Rabu, 14 Juni 2023 - 05:50 WIB
  • Nasional

Manaberita.com – MAHFUD Md, Menko Polhukam menyampaikan ada transaksi pembelian sajadah miliaran rupiah di Jawa Timur (Jatim) yang mana ternyata bagian dari transaksi terorisme.

Diketahui uang miliaran rupiah tersebut digunakan untuk merekrut anggota baru dan melancarkan serangan.

Hal tersebut disampaikan Mahfud dalam sambutannya saat acara Pengarahan Gerakan Literasi Digital di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (13/6/2023). Mahfud menyebutkan kelompok teroris memanfaatkan teknologi digital dalam melancarkan dan mengembangkan kelompoknya.

“Ada juga cyber terrorist, di mana teknologi digital telah memberikan alat baru di kelompok teroris untuk melancarkan serangan dan merekrut anggota baru untuk merencanakan serangan. Pengiriman uang juga untuk teroris melalui ini itu di PPATK itu banyak sekali. Saya kebetulan Ketua Tim TPPU. Jadi saya lihat berapa banyak yang mencurigakan bahwa ini untuk terorisme, ngirim uang ke suatu daerah, apa, ini memesan produk sajadah di sebuah tempat di Jawa Timur, uangnya miliaran,” kata Mahfud dikutip dari detikcom.

Baca Juga:
Tolak Jenazah Para Teroris, Warga Sawahan Surabaya: “Daerahnya Saja Menolak, Apalagi Kami!”

Mahfud, yang juga Ketua Komite TPPU, menuturkan perusahaan manipulatif itu tak dikirimi sajadah. Pada saat dilacak transaksi keuangannya oleh PPATK, uang tersebut dipergunakan untuk merakit bom.

“Saudara, tapi tidak ada feedback-nya perusahaan yang dikirimi itu sajadah, yang kemarin sudah dilacak, itu digunakan untuk merakit bom, dan sebagainya dan sebagainya, ini begini,” ucapnya.

Mahfud menuturkan, selain serangan cyber terrorist, hal yang perlu diperhatikan juga serangan siber oleh suatu negara atau kelompok jahat yang melakukan pengintaian.

Baca Juga:
Pasukan Israel Membunuh Pria Palestina Di Tepi Barat Yang Telah Diduduki

Mahfud juga mencontohkan munculnya Bjorka, yang pernah menghebohkan di media sosial, yang mengklaim sudah terjadi kebocoran data.

“Kemudian ada serangan siber yang disponsori oleh negara atau kelompok yang bermaksud jahat dapat melakukan pengintaian atau pencurian informasi seperti kita pernah dengar, di sini ada data pribadi bocor, Bjorka, pembicaraan antara presiden dan menteri bocor dulu, dan bisa lebih dahsyat dari itu hanya saja ini tidak kita ketahui,” imbuhnya.

(Rik)

Komentar

Terbaru