Desa Aremantai, Harmoni Keagamaan di Balik Sejuknya Perbukitan Semende

Manaberita.com -Tersembunyi di balik perbukitan Semende yang merupakan bagian dari Bukit Barisan, sekitar 299 kilometer dari hiruk-pikuk Kota Palembang, terdapat Desa Aremantai, sebuah permata kecil yang menyatukan keindahan alam, kearifan lokal, dan kehidupan beragama yang harmonis. Desa ini bukan sekadar hunian, tapi juga cermin dari kehidupan masyarakat yang bersahaja namun kaya akan nilai-nilai yang harus dilestarikan.

Setibanya di gerbang desa, pengunjung langsung disambut oleh barisan rumah kayu yang berdiri anggun di tengah lanskap hijau dan udara pegunungan yang sejuk. Di teras-teras rumah, tampak pria-pria dewasa berkumpul, berbincang akrab ditemani secangkir kopi dan sebatang rokok, sebuah pemandangan khas di daerah yang dikenal dengan suhu dinginnya ini. Menariknya, hampir semua pria di Aremantai mengenakan peci hitam dalam keseharian mereka—sebuah tradisi yang telah mengakar kuat dan mencerminkan identitas religius masyarakatnya.

Mayoritas warga Aremantai menggantungkan hidup dari bertani. Padi, kopi, dan sayuran menjadi komoditas utama, sementara markisa dan stroberi menjadi buah unggulan yang tak hanya memanjakan lidah, tapi juga menjadi simbol keunikan daerah ini. Tidak kalah menarik, kopi Semendo yang terkenal hingga ke luar daerah, menawarkan cita rasa rempah dengan body tebal dan pahit yang elegan—jejak rasa manisnya menetap lama di lidah, menjadikannya salah satu kopi paling dicari oleh para penikmat sejati.

Baca Juga:
Viral Video Tak Senonoh di Subang Saat Bangunin Sahur, Ini Faktanya

Namun, lebih dari sekadar keindahan alam dan hasil bumi, Aremantai juga dikenal sebagai pusat penyebaran ilmu agama di kawasan Semende. Di sinilah nama KH Abdul Jabbar, seorang ulama ahli nahwu yang disegani, mengakar kuat dalam sejarah pendidikan Islam lokal. Warisan keilmuannya masih terasa hingga kini, menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda desa. KH Abdul Jabbar sendiri beberapa tahun belajar ilmu agama di Mekkah.

Aremantai bukan hanya destinasi wisata atau daerah pertanian biasa—ia adalah potret nyata bagaimana nilai-nilai agama, adat istiadat, dan alam bisa berpadu dalam harmoni yang jarang ditemukan di zaman modern ini. Desa ini mengajarkan kita bahwa kehidupan yang sederhana, jika dilandasi oleh keimanan dan kebersamaan, dapat menciptakan kedamaian yang abadi. (kk)

Komentar

Terbaru