MANAberita.com – SEORANG warga Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah mengungkapkan upaya aparat kepolisian menangkap para warga yang dianggap menolak penambangan batuan andesit untuk pembangunan Bendungan Bener.
Melansir CNN Indonesia, warga yang tak ingin disebutkan namanya itu mengatakan mulanya para polisi berkeliling menyisir wilayah Desa Wadas. Mereka pun mencopot spanduk penolakan tambang batu andesit yang terpasang di sejumlah titik.
Kehadiran polisi bersenjata lengkap dengan baju pelindung dan tameng itu untuk mengawal tim pengukur lahan dari BPN Jawa Tengah.
“Polisi lewat jalan kaki, terus intel-intel yang jalan. Lalu orang yang mau ngukur,” kata warga tersebut.
Warga ini menyebut polisi yang jumlahnya mencapai 500 orang lantas mengepung masjid. Saat itu warga tengah melakukan mujahadah penolakan tambang batuan untuk proyek Bendungan Bener.
“Sampai akhirnya waktu Zuhur. Setelah waktu Zuhur polisi sama warga alasannya mau masuk masjid, mau salat. Warga diarahin ambil wudu. [Namun] bukannya diarahin ke [tempat] wudu [justru] diarahin ke mobil tahanan,” ujarnya.
Warga pun panik. Mereka berlarian masuk ke rumah warga lain. Peristiwa tersebut terus terjadi hingga sore hari. Polisi sempat meminta warga untuk pulang ke rumah masing-masing, namun malah ditangkap.
“Sampai sore warga yang katanya aman disuruh pulang. [Namun] bukannya disuruh pulang [malah] dibawa lagi,” katanya.
Kapolda Jateng Irjen Ahmad Luthfi aparat yang dikerahkan ke Deswa Wadas tidak melakukan tindak kekerasan terhadap warga.
“Saya ikut di lapangan, di Wadas, memastikan tidak ada kekerasan. Prinsip kami melindungi masyarakat,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengonfirmasi kegiatan pengukuran yang dilakukan di Desa Wadas. Ganjar menyebut keberadaan polisi untuk menjaga ketertiban. Ia pun meminta warga tidak menyikapi secara berlebihan.
“Iya ada pengukuran, hanya pengukuran saja kok, tidak perlu ditakuti, tidak akan ada kekerasan,” kata Ganjar.
[SAS]