Manaberita.com – MESKI pun kasus corona masih melanda Indonesia dan kembali melonjak, Kementerian Kesehatan RI membawa kabar baik terkait tingkat keterisian bed pasien COVID-19 (BOR) di rumah sakit.
dr Siti Nadia Tarmizi selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan RI menekankan bahwa total pasien COVID-19 yang dirawat di RS masih tercatat rendah. Ada 16.712 bed atau tempat tidur COVID-19 yang terisi dari total yang disediakan sebanyak 80.344.
dr Nadia juga mengatakan, Rata-rata pasien yang dirawat di rumah sakit saat ini tidak bergejala dan gejala ringan
“Rata-rata pasien yang dirawat di rumah sakit saat ini juga tidak bergejala dan gejala ringan. Dari data yang kita miliki, meski secara tren kenaikan kasus varian Omicron ini ada kemiripan dengan Delta, namun angka keterisian tempat tidur rumah sakit jauh lebih landai,” ujar dr Nadia yang juga juru bicara vaksinasi COVID-19 Kemenkes dalam keterangan tertulis, dikutip detikhealth via detikcom Sabtu (5/2/2022).
Lebih lanjut, Nadia menegaskan pasien COVID-19 dengan kategori gejala ringan atau bahkan tanpa gejala tak perlu dirawat di rumah sakit. Hal ini dikarekanan infeksi Omicron relatif ringan, terlebih jika sudah mendapatkan vaksinasi lengkap.
Jika kasus COVID-19 gejala ringan ikut dirawat di RS, bukan tidak mungkin fasilitas kesehatan ke depan akan semakin terbebani. Hal ini berdampak pada mereka yang terpapar COVID-19 bergejala sedang dan berat, lantaran seharusnya mendapatkan perawatan intensif di tengah risiko fatal yang tinggi.
“Cukup melakukan isolasi mandiri di rumah atau isolasi terpusat, serta memanfaatkan layanan telemedisin jika tersedia, atau melapor ke Puskesmas terdekat. Dengan demikian kita dapat mengurangi beban rumah sakit dan tenaga kesehatan, serta membantu menyelamatkan orang lain yang memiliki gejala sedang hingga kritis,” terang dr Nadia.
Walaupun tren kenaikan perawatan pasien COVID-19 di RS tidak signifikan, pemerintah mempersiapkan jumlah ketersediaan tempat tidur COVID-19 lebih banyak bilamana dibutuhkan.
dr Nadia juga menggambarkan tren keterisian pasien COVID-19 di Depok, Jawa Barat, yang menurutnya mencatatkan kenaikan tetapi masih terbilang rendah.
“Data terbaru dari Kota Depok, Jawa Barat misalnya, menunjukkan bahwa meskipun konfirmasi kasus positif lebih tinggi daripada gelombang kedua 2021 lalu, pasien yang dirawat di rumah sakitnya baru mencapai 52 persen. Sementara itu kapasitas ruangan yang dialihkan untuk pasien COVID-19 masih 22 persen dari 30 persen ruangan untuk penanganan COVID-19,” kata dia.
“Ini artinya masih ada setidaknya 8 persen tambahan ruang rumah sakit untuk dijadikan tempat intensif penanganan pasien COVID-19. Ini berbeda halnya dengan puncak kasus pada periode Juli-Agustus 2021 di mana jumlah konfirmasi kasus di Depok lebih sedikit daripada jumlah konfirmasi per hari ini, tapi pasien yang dirawat lebih banyak,” sambungnya.
[rik]