Manaberita.com – MAGDALENA Andersson selaku Perdana Menteri Swedia membuka suara usai politisi sayap kanan, Rasmus Paludan, membakar Al-Qur’an pada Kamis (14/4).
“Di Swedia orang-orang boleh mengekspresikan pendapat mereka, baik berselera baik atau buruk, itu adalah bagian demokrasi kita. Tak peduli, apa yang Anda pikirkan, Anda tak boleh menggunakan kekerasan,” kata Anders seperti dikutip AFP pada Sabtu (16/4).
Dilansir dari CNN Indonesia, Menurutnya, aksi Paludan bertujuan menghasut agar terjadi kericuhan dan saling lawan.
“Kami tak akan pernah menerimanya. Ini adalah jenis reaksi kekerasan yang dia (Paludan) ingin lihat. Tujuannya untuk menghasut orang agar saling melawan,” katanya.
Dua hari lalu, kelompok anti-Muslim garis keras di Swedia yang dipimpin Rasmus Paludan membakar kitab suci umat Muslim, Al-Qur’an.
Untuk menentang tindakan tersebut, ratusan di Kota Linkoping dan Norkoping Swedia. Mereka terlibat bentrok dengan polisi. Demo pun berujung ricuh.
Menurut video yang beredar di media sosial, terlihat sebuah mobil terbakar dan puluhan orang bertopeng menghancurkan jendela mobil polisi sembari berteriak, “Allahu Akbar”.
Imbas kericuhan ini, sejumlah anggota polisi dilarikan ke rumah sakit.
Keesokan harinya, Jumat (15/5) massa terlibat bentrok lagi dengan polisi Swedia. Imbas kerusuhan ini, sembilan anggota pasukan keamanan mengalami luka-luka.
Juru Bicara Kepolisian Swedia yang lain, Diana Qudhaib, mengatakan anggotanya yang terluka itu mengalami patah lengan dan terkena batu. Salah satu warga juga terkena lemparan batu di bagian kepala.
Paludan selama beberapa tahun ini menjadi sorotan karena tindakan dia yang dianggap memecah persatuan. Pada November 2020 lalu, ia ditangkap di Prancis dan dideportasi.
Tak lama setelah itu, lima aktivis lain ditangkap di Belgia yang dituduh menyebarkan kebencian dengan membakar Al-Quran di Brussel.
(Rik)