MANAberita.com – KEBERHASILAN Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) dalam pengembangan komoditas kelapa sawit kian menjadi sorotan banyak pihak.
Mulai level nasional maupun internasional. Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex Noerdin mendapatkan kepercayaan untuk menjadi narasumber kegiatan European Palm Oil Conference (EPOC) di Madrid.
“Pengembangan komoditas strategis sawit di Indonesia akan dapat berkontribusi pada capaian Target Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) untuk Indonesia, dan ini sudah dimulai di Kabupaten Muba,” kata Dodi waktu itu di sela menjadi pembicara EPOC di Madrid.
Menurut Dodi ada beberapa target untuk mewujudkan pembangunan hijau berkelanjutan. Target utama mendorong pencapaian melalui sawit lestari yakni ketahanan pangan, ketersediaan air bersih, pertumbuhan ekonomi dan ketenagakerjaan.
Dodi yakin sawit lestari dapat menurunkan risiko ekspansi lahan dan deforestasi.
“Untuk dapat mencapai target tersebut ada beberapa tantangan kunci, salah satu yang paling dasar adalah kebutuhan data dan peta yang disepakati oleh semua pemangku kepentingan sesuai dengan Kebijakan Satu Peta dan Satu Data. Tanpa data – berbagai isu seperti legalitas, konflik lahan, sulitnya sertifikasi dan kebakaran lahan akan sulit dicegah,” ungkapnya.
Diawali sukses pukau peserta Seminar Teknis Kelapa Sawit (STKS) di Palembang beberapa waktu yang lalu, H Dodi Reza Alex didaulat menjadi narasumber lokakarya mensinergikan rencana aksi kabupaten, provinsi dan nasional untuk pembangunan kelapa sawit berkelanjutan dan pencapaian SDGs.
Acara yang digelar Forum Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (FOKSBI), ini dihelat di Hotel Aryaduta Jakarta pada Senin (25/02).
Di Kabupaten Muba, jelas Dodi, telah sukses melakukan pilot project peremajaan atau replanting perkebunan kelapa sawit pada 2017 lalu. Saat itu replanting diresmikan oleh Presiden RI.
Langkah replanting ini dilanjutkan dengan rencana realisasi Percepatan Pengembangan Komoditas Kelapa Sawit yang Diintegrasikan dengan Verified Source Area (VSA), dan inovasi terbarukan bekerjasama dengan ITB terkait pengelolaan inti kelapa sawit menjadi menjadi bahan bakar nabati (BBN) atau biofuel.
Dodi Reza Alex Noerdin makin gencar melakukan pengembangan komoditas kelapa sawit yang berkelanjutan dan menerapkan implementasi perkebunan kelapa sawit yang ramah lingkungan dan menguntungkan petani swadaya rakyat di Muba.
Sebagai narasumber sekaligus Ketua Forum Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL), Dodi memaparkan jurus mustajab sawit lestari dihadapan peserta lokakarya. Mereka adalah para pemangku kepentingan lintas sektor dari pemerintah nasional dan daerah, swasta dan LSM.
Salah satu jurus adalah upaya-upaya memakmurkan perkebunan sawit yang dilakukan di Muba dan berhasil dapatkan pujian dari peserta.
“Sebagian besar masyarakat di Muba bergantung hidup pada perkebunan khususnya perkebunan sawit. Maka memakmurkan petani sawit rakyat atau mandiri sudah menjadi prioritas dengan berbagai program terobosan yang akan diterapkan,” ujar Dodi.
Dodi mengatakan saat ini ribuan hektar kebun sawit rakyat siap menjadi penyedia bahan baku untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Sebagai langkah awal, produksi turunan dari tandan buah segar itu akan dikirim ke kilang minyak milik PT. Pertamina di Plaju, Palembang.
“Kita supply ke kilang Plaju untuk biofuel,” jelasnya.
Sebagai catatan, Musi Banyuasin di tahun 2017 berhasil meremajakan sawit rakyat seluas 7500 hektar dan tahun 2019 bertambah 5000 hektar sehingga total mencapai 12500 hektar.
Dodi Reza Alex mengatakan hasil produksi dari kebun akan dijadikan produksi gas, yakni ini bio solar dalam upaya menaikkan harga sawit petani rakyat.
“Muba merintis suplai CPO hasil replanting kelapa sawit untuk green energi bio solar,” katanya.
Sementara itu Penasehat FOKSBI Pusat, Rusman Heriawan mengaku upaya-upaya yang dilakukan Bupati Muba Dodi Reza Alex Noerdin untuk memakmurkan petani sawit mandiri dengan menjadikan kelapa sawit komoditas perkebunan yang berkelanjutan serta ramah lingkungan, sangat mulia.
“Sebagai bupati sudah memikirkan generasi muda dan sebagai ketua forum LTKL memikirkan ekosistem karena membangun secara lestari/berkelanjutan. Patut kita apresiasi dan dijadikan contoh bagi daerah lain dalam perhatian kelapa sawit,” ucapnya.
Acara diskusi lokakarya turut dihadiri Direktur Jendral Perkebunan, Kasdi Subagyono, Deputi Koordinasi Bidang Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian, Musdalifah, Direktur Pengolahan Pemasaran Perkebunan Dirjen Perkebunan, Dedy Junaidi
Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono, Wakil Bupati Kabupaten Sangau Kalimantan Barat, Yohanes Ontot.
Mereka lain yang ikut bicara antara lain perwakilan FOKSBI Kabupaten Tapanuli Selatan, Veronika Ancili dan Perwakilan FOKSBI Kabupaten Sintang, Saulian Sabbih.
Tak hendak berpuas diri, Dodi direncanakan akan mengajak para pelaku industri minyak bumi dunia untuk menjatuhkan pilihan energi terbaru berupa biofuel.
Dodi akan merinci peningkatan harga sawit dengan produk terobosan biofuel. Ia akan mendorong pemain industri minyak bumi masuk peta industri biofuel nasional.
Ide Dodi makin mencorong ini setelah DPR RI dan kementerian dukung habis upaya perluasan produk sawit jadi bahan bakar terbarukan.
Posisinya malah dimungkinkan akan jadi mayoritas industri bahan bakar setara atau melebihi minyak bumi.
Dukungan luar biasa datang dari Konsulat Jenderal RI untuk Houston Amerika Serikat. Dodi didaulat menjadi pembicara di forum tingkat tinggi ini.
Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi, Dr Ir M Fanshurullah Asa MT mengatakan rencana menaikan B20 menjadi B100 tersebut bukan sekedar wacana tapi nantinya inovasi itu nyata direalisasikan dan akan dimulai di Kabupaten Muba Sumsel.
“Terlebib pihak Pertamina Plaju Palembang sudah membuatkan kilang untuk penampungannya, dan Muba akan menjadi daerah pertama yang merealisasikan ini,” ungkapnya.
Bagi Dodi Reza Alex undangan menjadi pembicara di Amerika Serikat adalah apresiasi tinggi dan pemicu semangat kampanye energi ramah lingkungan.
Dodi berharap upaya pembenahan tersebut mampu menyentuh kebutuhan pokok pekebun sawit untuk memperjuangkan terwujudnya pekebun sawit yang sejahtera, mandiri, berdaulat dan berkelanjutan.
“Kita juga nantinya berencana akan membangun mini refinery untuk penampungan sementara, dan sebagai langkah awal, produksi turunan dari tandan buah segar itu akan dikirim ke kilang minyak milik PT. Pertamina di Plaju, Palembang,” bebernya.
Kenapa inovasi bahan bakar minyak (BBM) dari kelapa sawit yang dikembangkan Bupati Musi Banyuasin, Dodi Reza Alex Noerdin banjir dukungan? Sebab energi terbarukan (biofuel) akan mampu mendorong kemandirian energi nasional bahkan dunia.
“Pengembangan minyak sawit sebagai energi alternatif sangat tepat karena Indonesia merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia,” terangnya.
Menurut Rektor ITB, Kadarsah Suryadi, katalis ini mampu memberi harapan bagi perkebunan kelapa sawit nasional di tengah tekanan Eropa atas minyak sawit Indonesia. Bahkan, pemanfaatan katalis ini bisa menghemat hingga jutaan dolar uang negara.
“Produk luar negeri yang awalnya mahal dari 22 dolar Amerika, sekarang dengan adanya produk ITB bisa turun jadi 10 dolar Amerika. Ini cukup menekan harga,” ujar dia saat dihubungi, Selasa (19/02).
Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi ikut angkat bicara, pemerintahpun memberikan dukungan terkait inovasi tersebut.
Dia menuturkan, Pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) sudah diinisiasi cukup lama.
Sejak tahun 2016, semua transportasi pengguna solar subsidi sudah menggunakan B20. Dan per 1 Sept 2018 yang Non PSO pun sudah wajib menggunakan B20.
“Dari pentahapan penerapan BBN, tahun 2020 direncanakan untuk menerapkan B30 untuk semua sektor pengguna bahan bakar solar,” ujarnya.
“Selain itu, pada saat yang bersamaan Pertamina telah mulai mengembangkan green fuel yang terbagi dalam sua program: Pertama, co-processing di kilang-kilang yang eksiting, yang telah dimulai di Kilang Plaju.
Konsulat Jenderal (Konjen) RI untuk Houston AS, Nana Yuliana menegaskan inovasi energi terbarukan itu terobosan inovasi energi luar biasa.
”Sangat pas mengundang pak Dodi untuk mengupas ini di kancah internasional. Di situ hadir pelaku industri dan para investor,” tegasnya.