MANAberita.com – MA (30) korban amukan massa dan pembakaran hidup-hidup ini rupanya memiliki seorang istri yang tengah hamil besar. Siti Jubaida (25) sangat menyayangkan aksi main hakim sendiri yang dilakukan warga terhadap suaminya.
Menurut Siti yang ditemui di rumahnya pada Kamis (03/08) lalu itu mengatakan jika sampai saat ini ia tidak percaya jika suaminya melakukan tindakan itu. Dan tidak sepantasnya MA mendapatkan perlakuan yang tidak berperikemanusiaan seperti itu.
Kejadian yang menimpa pria malang yang berasal dari Kampung Kavling Jati, Desa Cikarang Kota, Kecamatan Cikarang Utara itu bermula saat suaminya berpamitan hendak menjual amplifier dan speaker kepada konsumennya. Profesi reparasi itu sudah ditekuni almarhum sudah 4 tahun.
Bahkan, usaha reparasi perangkat pengeras suaranya sudah berlangsung sebelum mereka menikah. MA juga berkeliling dari kampung ke kampung lainnya untuk menawarkan jasanya itu.
“Keluarga kami bisa makan dari reparasi salon speaker. Usaha ini udah lama, ada 4 tahun. Kadang dia jual ke Cileungsi, kadang ke Jakarta. Tapi mayoritas pelanggannya dari online juga,” jelasnya.
Ibu dari satu anak yang berusia 4 tahun dan hamil anak kedua ini juga mengatakan jika suaminya sempat menelpon dan mengatakan jika ia dalam perjalanan pulang. Ia pun sempat mengira suaminya itu menyempatkan diri untuk mampir ke mushola terdekat untuk melaksanakan shalat.
“Dia jam 11 siang keluar membawa speaker. Memang setiap hari dia keluar untuk dagang. Nah, sorenya dia sempat telepon, bilang dalam perjalanan pulang. Saya mengira jika suami saya sambil membawa alat-alatnya dan mampir ke musala untuk salat. Karena takut hilang, dia bawa ke dalam. Entah bagaimana dia lalu disebut maling,” ungkap Siti dengan mata yang berkaca-kaca.
Siti juga berharap pihak kepolisian mengusut dan menangkap pelaku pembunuh suaminya, terlebih setelah ia mendengar kabar bahwa kasus ini akan dihentikan oleh pihak kepolisian.
“Walaupun ada surat yang saya teken (tanda tangani), entah isinya apa itu, saya dan keluarga meminta para pelaku bisa diproses secara hukum, nggak boleh berhenti. Karena membunuh orang, apapun alasan, tidak benar. Ini negara hukum. Dibakar begitu kan biadab namanya,” harap ibu satu anak itu.
Menurut pengakuan Siti, ia baru mengetahui kejadian nahas tersebut pukul 22.00 WIB, kepanikan yang melandanya malam itu membuat Siti bingung ketika ia diminta untuk menanda tangani surat yang dia sendiri tidak tahu apa isinya. Terlebih karena yang ada difikirannya adalah bagaimana suaminya segera pulang dan dimakamkan.
Bahkan, Siti juga mengatakan jika untuk membayar biaya antar MA dari RS Polri saja dirinya tidak memiliki uang.
Siti juga mengaku sempat menonton video pembakaran suaminya yang dilakukan oleh warga sekitar.
“Saya nonton salah satu video di YouTube yang ada suaranya warga. Warga itu berteriak teriak, jika ampli di Musala masih ada. Orang itu teriak teriak, masih ada, masih ada, nggak dicuri. Saya nggak kuat nontonnya, walaupun jika benar suami saya lakukan itu, yah jangan digituin,” kenangnya dengan berlinang airmata. (dil)
baca juga :