MANAberita.com – MESKI telah memasuki hari H Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke 72 pada, Kamis (17/08) penjual pernak pernik mainan khas Kota Palembang ini masih menghiasi Sejumlah jalan di Palembang. Salah satunya di depan Kantor Walikota, hingga pukul 08.00 wib puluhan pedangan yang menjual replika mainan perahu hias dadakan saat peringati hari kemerdekaan masih disibukan oleh pembeli terutama anak kecil.
Memang tidak lengkap bagi sebagian anak kecil di Kota palembang jika di hari kemerdekaan ini tidak mempunyai replika perahu hias ditangan. Jadi tidak heran jika para pedangang musiman ini kewalahan dalam melayaninya.
Hendri (28) salah satu penjual mainan khas 17 Agustus ini menceritakan, jika hari biasa dia bersama puluhan pedagang lain rata-rata berdagang kuliner pempek di pasar 26 Ilir. Namun, mendekati 17 Agustus mereka beralih profesi menjual pernak-pernik mainan khas yang hanya ada saat memperingati hari kemerdekaan.
“Bisa disebut kami ini pedangang musiman, sebab kami menjual pernak pernik mainan bidar ini hanya saat menjelang hari kemerdekaan saja dari awal agustus dan puncaknya nanti siang. Kalo hari biasa kebanyakan dari kami menjual makanan seperi pempek dan mie celor di pasar 26 ilir, ” akunya kepada MANAberita.com.
Keuntungan yang berhasil mereka raup dalam memanfaatkan momen kemerdekaan ini pun terbilang cukup fantastis yakni berkisar Rp 100.000-Rp 150.000 dalam sehari itu pun hanya beberapa jam saja.
“Alhamdulillah, rata-rata kami mendapat keuntungan berkisar Rp 100.000-Rp 150.000 dalam sehari dengan berjualan mainan replika kapal sungai musi, becak motor, jembatan Ampera dan replika kendaraan yang digunakan saat perjuangan. Itupun, hanya dari pukul 15.00 WIB hingga menjelang magrib, ” ujarnya.
Bukan hanya ingin meraup keuntungan besar, motivasi Hendri menjual mainan yang bersejarah ini juga untuk melestarikan budaya Palembang agar tidak punah dan mengenalkan kepada anak-anak tentang sejarah kota Palembang dan mainan mainan zaman dahulu.
“Jadi bukan hanya keuntungan materil yang kami prioritaskan disini tetapi, kami juga ingin menjaga kebudayaan ini agar tetap ada dan berkembang serta mengajarkan kepada anak-anak kecil mengenai sejarah kemerdekaan Indonesia,” pungkasnya.
Untuk bahan pembuatannya, semua dibuat dari bahan-bahan bekas yang didaur ulang dan memiliki nilai jual seperti, karton bekas, gabus dan kayu bekas olahan bangunan. Inisiatif untuk menjual mainan replika sendiri sudah ada sejak jaman nenek moyang mereka dalam menyambut hari kemerdekaan.
“Dari jaman nenek buyut dulu sudah diajari buat replika ini, katanya biar ingat sama sejarah kemerdekaan dan tidak lupa dengan mainan khas jaman dulu. Biar tidak lupa kami diajarkan buat replika mainan seperti ini dan dijual,” sambung sembari melayani pembeli.
Sampai saat ini pembeli masih berdatangan, memang rata-rata pembelinya berasal dari kota Palembang. Namun, tidak sedikit pula dari provinsi lain yang sedang berkunjung ke Palembang turut memeriahkan hari kemerdekaan dengan mainan khas Palembang ini. (neny)