BMKG: Masih Akan Ada Tsunami Susulan di Selat Sunda

  • Minggu, 23 Desember 2018 - 12:37 WIB
  • Viral
Ilustrasi
Ilustrasi

MANAberita.com — BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan masih akan ada tsunami susulan yang terjadi di perairan Selat Sunda. Hal itu lantaran BMKG tidak bisa memprediksi sampai kapan aktivitas Gunung Anak Krakatau berhenti.

“Masih akan ada tsunami susulan. Tremor, guncang lereng Gunung Anak Krakatau, kalau itu rontok akan terjadi (tsunami lagi),” kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, melansir IDNtimes.

  1. Jauhi daerah pesisir pantai

Dengan kondisi ketidakpastian tersebut, Dwikorita mengimbau masyarakat agar tidak kembali ke pantai dahulu. Sebab, berdasarkan papan pengukuran (tide gauge), saat ini tremor masih berjalan.

“Jangan kembali sampai ada perkembangan informasi bencana selanjutnya,” ujar dia.

  1. Tsunami disebabkan longsoran guncangan di Gunung Anak Krakatau

Dia mengatakan, peristiwa tsunami akibat seismik Gunung Krakatau pernah terjadi saat mengalami erupsi pada 1883. Namun, berbeda dengan bencana saat itu, aktivitas seismik Gunung Anak Krakatau ini tidak langsung mengakibatkan terjadi tsunami.

Pola itu, menurut Dwi, justru mengkhawatirkan. Sebab tide gauge menunjukkan periode pendek-pendek mirip gempa Palu, Sulawesi Tengah.

Dia memperkirakan tsunami di perairan Selat Sunda disebabkan karena longsoran guncangan di Gunung Anak Krakatau.

“Yang kami cari, apakah ada tebing lereng yang longsor. Kalau ada, artinya selama ada tremor, longsor masih bisa terjadi,” ujar Dwi.

Baca Juga:
Terungkap! Inilah Wajah Pelaku Utama Penganiayaan dan Pembakaran Zoya
  1. Pola gelombang tsunami sama seperti bencana di Palu

Dwikorita memastikan gelombang tinggi di Anyer adalah tsunami. Tipe pola gelombang tsunami sama seperti bencana di Palu, Sulawesi Tengah.

“Setelah analisis lanjut gelombang itu merupakan gelombang tsunami,” kata dia.

Dia mengatakan, tsunami yang terjadi bukan seperti tsunami biasa yang dipantau BMKG. Tsunami tersebut bukan disebabkan aktivitas tektonik akibat tabrakan lempeng gunung, melainkan, tsunami disebabkan aktivitas erupsi gunung api atau aktivitas vulkanis.

Baca Juga:
Hati-hati! Badai Musim Dingin Yang Kuat Dapat Mengganggu Perjalanan Liburan

“Erupsi tersebut kemungkinan bisa langsung atau tak langsung terjadinya tsunami. Kami perlu lihat lagi kalau sudah terang,” ujar Dwi.

  1. Status tanggap darurat

Pasca-tsunami di Selat Sunda, daerah Pandenglang, Lampung Selatan dan Serang, ditetapkan status tanggap darurat. Sutopo mengatakan, struktur organisasi tanggap darurat, pendirian posko, dapur umum dan lainnya masih disiapkan.

Alat berat juga dikerahkan untuk membantu evakuasi dan perbaikan darurat. (Alz)

Komentar

Terbaru