MANAberita.com — MESKIPUN tragedi Tsunami Banten dan Lampung atau Tsunami Selat Sunda sudah hampir seminggu berlalu, Riefian Fajarsyah atau Ifan Seventeen mengaku masih trauma. Apalagi, jika dia mendengar suara sirene dari mobil ambulance.
“Aku sampai sekarang kalau dengar suara ambulance masih merinding, Karena tiga hari non stop aku selalu dengar suara ambulance, di telingaku, masih merinding. Mungkin ini bentuk penolakan badanku terhadap hal-hal yang tidak menyenangkan,” ujarnya, mengutip Tribun Madura.
Ifan Seventeen mengaku belum bisa berpikir, apakah akan melanjutkan karirnya di dunia musik atau berhenti bermusik.
“Jadi kalau ditanya, apakah selanjutnya saya mau solo karir atau apa, masih jauh. Saat ini belum kepikiran,” jelasnya.
Dirinya, kata Ifan Seventeen tidak bisa membayangkan, ia berada di panggung tanpa ketiga sahabatnya, yang meninggal saat tsunami menerjang.
“Mungkin namanya trauma, tapi begitulah, aku merinding kalau mendengar ambulance, apalagi kalau aku lihat panggung, Aku lihat panggung tidak berani, apalagi kalau harus naik panggung, pegang mic, dan aku lihat tidak ada saudaraku di sampingku,” tegasnya.
Suasana berkabung masih tampak jelas di rumah Dylan Sahara, istri Ifan Seventeen yang menjadi korban bencana Tsunami Selat Sunda di kawasan Pantai Anyer, Banten.
Ratusan jamaah tahillan, yang terdiri dari masyarakat dan santri tampak mulai berdatangan sekitar pukul 19.15 WIB
Malam Jumat tadi, keluarga Dylan menggadakan tahlilan malam ke tujuh hari, untuk mendoakan almarhumah Dylan Sahara. Dua tenda yang dipasang sejak acara pemakaman, serta puluhan kursi masih tertata di depan rumah.
Selain itu, puluhan karangan bunga ucapan bunga dari sejumlah kerabat dan sahabat keluarga korban, tampak berjejer di halaman depan rumah Dylan Sahara. (Ila)
(Sumber: Tribun Madura)