MANAberita.com — SEORANG guru di Selayar yang merupakan rekan kerja kedua orang tua almarhum Muhammad Khaidir, merasa terganggu dengan berita yang berseliweran di media sosial, bahwa Khaidir dikeroyok massa karena hendak jadi maling.
Melansir Rakyatku, guru dengan akun Sunarty Selayar memposting di linimasa Facebooknya, meminta agar publik berhenti mengecam dan menuduh almarhum sebagai maling.
Menurutnya, itu adalah pembenaran yang digiring oleh pihak pelaku. Korban juga dikatakan mengamuk di masjid. Itu kata Sunarty, kemudian dijadikan dasar para pelaku, untuk menghabisi nyawa korban.
Khaidir Diteriaki Maling dari Corong Masjid, Kerabat: “Mauji Salat Tahajud Itu Kasihan”
Sunarty menulis, apapun namanya, Islam tidak membenarkan main hakim sendiri tanpa tabayyun, atau mencari kejelasan sesuatu sampai jelas kebenarannya.
“Apalagi Nakda Muhammad Khaidir dihabisi nyawanya dengan sadis, tak perperikemanusiaan. Wahai Massa yang di Bajeng sana, tidak adakah hati Nurani kalian, bahwa yang kalian hakimi ini adalah seorang manusia bukan binatang,” tulisnya.
Sunarty menyebutkan, banyak yang mengatakan korban sedang depresi, mengamuk atau mau mencuri.
Sunarty menceritakan, di malam kejadian, saat menuju ke Jeneponto untuk menemui sepupunya, Khaidir singgah di rumah indekos teman sekampungnya, untuk salat Isya.
Sesudah salat, korban dengar murottal dan wudu lagi. Teman-temannya pun bertanya, “Kenapa wudu lagi, na sudahmaki salat?” Jawaban korban, “Memangnya maupaki salat baru wudu.”
Sunarty juga menceritakan, menurut kedua orang tuanya, akhir-akhir ini, korban suka sekali salat tahajud. Bahkan, dia sempat menelepon orang tuanya dua hari sebelum kejadian, untuk bangun salat tahajud.
“Di malam kejadian, boleh jadi Nakda (Khaidir) singgah di masjid untuk beristirahat, karena sudah pukul 02.30 dini hari, ataukah mungkin juga Nakda mau salat tahajud,” tulisnya lagi.
Sunarty juga membeberkan, jika dikatakan mengamuk atau mau mencuri, kenapa di malam kejadian, korban memarkir motornya di dekat masjid dengan cara dikunci stang.
“Logikanya, kalau ada perencanaan mau mengamuk, pastilah motornya tidak akan dikunci leher. Karena dia pasti akan melarikan diri dengan cepat,” paparnya.
Apalagi lanjut Sunarty, mencuri itu sangat tidak mungkin, karena selama 8 tahun 7 bulan dia bergaul dengan keluarga korban, dia merasakan keluarga Khaidir bukanlah orang yang kekurangan.
Menurut Sunarty, bapak korban (H. Baharuddin S.Pd) adalah kepala sekolah, dan ibunya (Hj. Hasnillah) adalah seorang guru.
“Keluarganya juga cukup terpandang di Manarai. Dan baru 3 hari lalu, korban dikirimi uang oleh orang tuanya sebanyak Rp2 juta,” jelasnya.
Selama mengajar di Manarai, Sunarty juga tak pernah sekalipun mendengar, atau melihat tindak kriminalitas yang dilakukan korban.
“Masih banyak hal-hal positif lain yang diceritakan orang-orang terdekat Nakda, yang membuktikan bahwa Nakda adalah orang baik. Jadi tolong melalui FB ini, mari kedepankan prasangka baik kita. Biarkan aparat hukum yang bekerja sampai tuntas mengusut masalah ini, semoga keluarga diberi ketabahan dalam musibah ini,” pungkas Sunarty. (Alz)