Andriana Yubella
MANAberita.com — SUDAH lima hari pasca pembunuhan, Andriana Yubelia Noven Cahya Rejeki, polisi masih belum mempu mengungkap siapa pelaku yang tega menghabisi nyawa siswi SMK Baranangsiang Bogor tersebut.
Meski banyak alat bukti yang sudah diperoleh petugas Polresta Bogor Kota, namun pengungkapan kasus pembunuhan siswi asal Bandung ini semakin rumit.
Kapolresta Bogor Kota Kombes Pol Hendri Fiuser pun, mulai menutup informasi terkait penyelidikan kasus siswi SMK Baranangsiang yang tewas dengan pisau masih tertancap di dada itu.
Bahkan, Hendri yang baru beberapa hari menjabat Kapolresta Bogor Kota ini enggan menjawab pertanyaan wartawan saat dijumpai di Mapolresta Bogor Kota.
Hendri yang ditemui ketika mengantarkan Wali Kota Bogor Bima Arya seusai menyaksikan konferensi video penandatanganan MOU antara Polri dan Kemensos RI tentang Bantuan Pengamanan dan Penegakan Hukum dalam Penyaluran Bantuan Sosial, malah kembali memasuki ruangan saat melihat kerumunan awak media.
Namun, sebelumnya dia meminta agar masyarakat bersabar. Proses penyelidikan sedang berjalan. “Jadi jangan berspekulasi macam-macam. Kami tidak ingin salah menangkap orang,” ujarnya seperti dikutip Pojoksatu.
Meski memiliki sejumlah barang bukti vital seperti pisau milik pelaku dan rekaman CCTV yang merekam wajah pelaku, polisi kesulitan mengidentifikasi pelaku. S (17) yang tadinya diduga sebagai pelaku ternyata bukan.
Ciri-ciri fisik S, berbeda dengan ciri-ciri pelaku yang terekam CCTV. S juga memiliki alibi yang kuat karena saat waktu kejadian dia berada di Bandung.
Keberada pisau yang ditinggalkan pelaku di dada kiri korban juga tidak membantu polisi untuk mengungkap misteri pembunuhan tersebut. Berdasarkan hasil pemeriksaan Puslabfor Mabes Polri tidak ditemukan sidik jari pada gagang pisau tersebut.
Pelaku ternyata cukup pintar dengan menusukan pisau ke dada korban dengan menggenggam. Sehingga tak tersentuh ke bagian jari.
Begitupun dari gawai milik korban. Polisi sudah meneliti semua percakapan-percakapan yang ada. Termasuk dokumentasi foto-foto korban.
“Akan tetapi tidak ada satu pun bukti yang membantu penyidik untuk menemukan jejak pelaku. Begitu juga dengan saksi yang minim,” terang Hendri. (Dil)