MANAberita.com – EMPAT bulan dirawat di RS National University Hospital, Singapura, pagi tadi Ibu Negara ke-6 Indonesia menghembuskan nafas terakhir.
Selama ini Ibu Ani Yudhoyono mengidap penyakit kanker darah. Apa sebenarnya penyakit tesebut? Kanker darah atau leukemia adalah kanker yang menyerang sel-sel darah putih. Sel darah putih merupakan sel darah yang berfungsi melindungi tubuh terhadap benda asing atau penyakit. Sel darah putih ini dihasilkan oleh sumsum tulang belakang.
Penyakit leukimia merupakan menyakit yang sangat mengerikan.
Leukimia atau kanker darah ini terjadi saat produksi sel darah merah yang terlalu banyak.
Jumlah produksi sel darah merah yang terlalu banyak akhirnya akan mengganggu sel darah putih.
Melansir Netralnews, penyebab dasar kanker darah belum diketahui secara pasti. Namun, diduga mutasi DNA dalam sel darah putih menyebebakan perubahan tindakan setiap sel, Selain itu, perubahan lain dalam sel darah putih akibat faktor gen dan lingkungan juga diperkirakan turut berperan memicu leukemia.
Dr. Marianti dilansir dari Alodokter, menjelaskan faktor-faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko kanker darah meliputi:Faktor keturunan atau genetika. Penderita down syndrome atau gangguan genetika lain yang langka meningkatkan risiko mengalami leukemia akut.
Sedangkan leukemia limfatik kronis sering diturunkan dalam keluarga dan biasanya dialami pria. Selain itu, riwayat keluarga yang mengidap leukemia juga dapat memperbesar risiko mengalami penyakit yang sama.
Selain itu, kata dia, pernah menjalani pengobatan kanker. Kemoterapi atau radioterapi tertentu diduga dapat memicu kanker darah.
Faktor lainnya, pernah mengalami pajanan terhadap radiasi tingkat tinggi atau zat-zat kimia tertentu. Misalnya orang yang pernah terlibat dalam kecelakaan yang berhubungan dengan reaktor nuklir atau mengalami pajanan zat kimia seperti benzena.
Terakhir adalah meroko. “Rokok tidak hanya akan meningkatkan risiko kanker darah (terutama leukemia mielogen akut), tapi juga berbagai penyakit lain,” ujar dr Marianti.
Meskipun begitu, sebagian besar orang dengan risiko tinggi di atas tidak mengalami leukemia. Di sisi lain, penderita leukemia sering kali ditemukan justru pada orang yang tidak memiliki risiko tersebut. (Ila)