Ilustrasi
MANAberita.com — SEORANG wanita berusia 25 tahun asal Pakistan dilaporkan memotong penis seorang pria yang dia tuduh telah mencoba memerkosanya. Menurut keterangan kepolisian, wanita yang dirahasikan identitasnya ini mengaku nekat memotong kelamin laki-laki tersebut karena ingin membela diri.
Dilansir dari South China Morning Post pada Selasa (04/02), seorang pejabat polisi, Mohamed Ilyas menjelaskan bahwa kejadian bermula saat wanita ini tengah sendirian di rumahnya di Punjab.
Saat sedang sendirian itulah, seorang pria tiba-tiba masuk ke rumah dan mencoba untuk menyerangnya. Karena ingin melindungi diri, wanita inipun langsung lari ke dapur dan mengambil sebilah pisau.
Sekembalinya dari dapur, pria tersebut justru kembali menyerangnya. Sontak, ia langsung sigap memotong penis pria tersebut.
Berdasarkan keterangan kepolisian, pria tersebut diketahui berusia 28 tahun, dan saat ini masih dirawat di rumah sakit di kota Faisalabad, Punjab. Ilyas menambahkan, pihaknya akan segera menginterogasi tersangka setelah kondisinya dinilai membaik.
Kasus ini menambahkan panjang daftar kasus Pemerkosaan di Pakistan. Pasalnya, di negara ini, ratusan wanita dilaporkan diperkosa setiap tahun.
Namun, dalam masalah ini, Komisi Hak Asasi Manusia (HAM) Pakistan mengklaim bahwa banyak kasus di mana para tersangka Pemerkosaan justru tidak dihukum atau hanya memperoleh ganjaran ringan.
Sebuah organisasi hak-hak perempuan di Pakistan, Aurat Foundation mengklaim bahwa hukum yang lemah serta prosedur penuntutan yang rumit menjadi beberapa penyebab mengapa para tersangka masih banyak yang tidak mendapatkan hukuman semestinya.
Tidak hanya itu, menurut mereka, korban Pemerkosaan di Pakistan juga sering disalahkan atas insiden Pemerkosaan yang menimpa mereka. Banyak wanita yang akhirnya terpaksa tutup mulut hingga menolak untuk mengajukan laporan polisi demi bisa menghindari bocornya identitas serta dipermalukan oleh masyarakat konservatif Pakistan.
“Ini adalah situasi yang menyakitkan. Seringkali korban disalahkan oleh sistem hukum dan masyarakat,” ucap salah satu aktivis hak-hak perempuan, Farzana Bari. (Alz)