RI Bisa Kena Hantam, Bahaya Ancaman Perang Dunia Ke-3

Manaberita.com – KONFLIK yang terjadi diantara Rusia dan Ukraina yang melibatkan Amerika Serikat (AS) dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (The North Atlantic Treaty Organization/NATO) masih berlanjut. Meskipun ada “gencatan senjata” yang akan dibicarakan diinisiasi Prancis dan Jerman, perdamaian belum 100%.

Dilansir dari CNBC Indonesia, Kedua negara mantan “Uni Soviet” itu membawa militer NATO untuk merapat ke Eropa Timur. Beberapa waktu yang lalu.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan aktivitas NATO di dekat perbatasan Rusia tidak dapat diabaikan militer Rusia.

“Tindakan ini dan peningkatan aktivitas NATO di dekat perbatasan kami tidak dapat diabaikan oleh militer kami, yang bertanggung jawab atas keamanan negara kami,” kata Peskov berbicara pada awal pekan ini, dikutip dari kantor berita TASS.

Baca Juga:
Produksi Minyak Rusia Akan Turun 30%

“Bagaimanapun, ada proses latihan, manuver, dan pengembangan militer yang konstan yang tidak pernah berhenti dan akan terus berlanjut,” jelasnya.

Rusia sendiri telah mengirimkan kapal perang Stoiky dan Soobrazitelny ke Laut Baltik. Ini untuk berpartisipasi dalam latihan perang angkatan laut besar-besaran di kawasan itu.

Manuver angkatan laut juga akan fokus pada langkah-langkah oleh Angkatan Laut dan Angkatan Udara untuk melindungi kepentingan nasional Rusia di samudra. Ini juga akan melawan ancaman militer dari arah laut dan samudera ke Rusia.

Persoalan Rusia dan Ukraina kompleks. Bukan hanya melibatkan klaim wilayah, dalam hal ini Krimea yang dicaplok Rusia tahun 2014, tapi juga hegemoni Rusia dan Barat.

Baca Juga:
Bikin Bangga, Inilah 7 Fakta Unik Bahasa Jawa yang Makin Mendunia

Sejak revolusi terjadi di tahun yang sama, yang menyingkirkan pemimpin pro-Rusia di negara itu, Ukraina semakin dekat dengan Barat. Bahkan Ukraina berniat menjadi bagian NATO.

Rusia menentang ini terjadi. Dikhawatirkan akan ada pangkalan militer NATO di dekat Rusia. Dalam pembicaraan damai Putin kerap meminta jaminan AS dan NATO terkait hal tersebut. Namun selalu deadlock, termasuk beberapa waktu lalu.

Terbaru, Kamis (27/1/2022), China pun ‘turun gunung’. Bukan dalam arti mendukung serangan militer tapi berkomentar meminta masalah segera disudahi dan tidak berkepanjangan.

China buka suara mengenai eskalasi militer yang terjadi. Negara pimpinan Presiden Xi Jinping itu menyebut bahwa permasalahan ini harus diselesaikan secepatnya.

Baca Juga:
Telah Dikonfirmasi Oleh Pejabat, Pertempuran Di Bakhmut Rusia Mencapai 30.000 Korban

Dalam sebuah panggilan telepon bersama Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken, Menlu China Wang Yi menekankan masalah keamanan yang melibatkan Rusia merupakan sesuatu yang sangat serius. Ia juga meminta AS agar tidak membesarkan dominasi militernya di sana.

“Menlu Wang mengatakan keamanan regional tidak dapat dijamin dengan memperkuat atau bahkan memperluas blok militer,” tulis pernyataan Kemenlu China dikutip AFP.

[rik]

Komentar

Terbaru