Walaupun RI Penghasil Sawit Terbesar Tetapi Malaysia Menentukan Harga Sawit

  • Senin, 31 Januari 2022 - 12:10 WIB
  • Nasional

Manaberita.com – CPO atau minyak sawit mentah kini tengah menjadi perhatian di Indonesia pasalnya harga minyak goreng kini tengah melonjak drastis sejak beberapa bulan terakhir.

Kenaikan harga minyak goreng itu terjadi karena adanya penyesuaian harga CPO global, di mana permintaannya naik namun suplainya tidak mencukupi sehingga harganya melonjak naik.

Dilansir dari kompas.com, Seperti diketahui, Indonesia sudah menjadi produsen minyak sawit nomor satu di dunia sejak 2006, menyalip posisi yang selama bertahun-tahun sudah ditempati Malaysia.

Produksi sawit Indonesia mencapai 43,5 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata 3,61 persen per tahun. Hal ini membuat CPO jadi penyumbang devisa ekspor terbesar bagi Indonesia.

Beberapa orang terkaya di Indonesia juga berasal dari pengusaha kelapa sawit. Selain pengusaha domestik, kepemilikan perkebunan kelapa sawit besar di Indonesia didominasi oleh investor asal Singapura dan Malaysia.

Sejatinya, perusahaan-perusahaan produsen minyak goreng besar menggarap perkebunan kelapa sawitnya di atas tanah negara yang diberikan pemerintah melalui skema pemberian hak guna usaha (HGU). Sebagian HGU bahkan berada di atas lahan pelepasan hutan.

Harga CPO ditentukan dari Malaysia

Namun meski menjadi penguasa minyak sawit secara global, naik turunnya harga komodits sawit dikendalikan oleh bursa di Negeri Jiran yakni Bursa Malaysia Derivatives (BMD).

Selain berpatokan pada BMD, harga minyak sawit yang dijual di Indonesia juga mengacu pada bursa komoditas yang berada di Rotterdam, Belanda.

Harga panenan perkebunan kelapa sawit di Indonesia ditetapkan melalui kontrak berjangka CPO di BMD. Besarnya pengaruh BMD dalam penetapan harga sawit global cukup beralasan mengingat Malaysia sebelumnya merupakan negara penghasil CPO terbesar dunia.

Posisi BMD sebagai salah satu penentu harga sawit global tak tergeser meskipun Indonesia belakangan jadi penghasil CPO terbesar di dunia.

Dikutip darikompascom via laman resminya, perdagangan komoditas CPO di BMD sudah ada sejak Oktober 1980. Harga minyak sawit ditentukan dengan mata uang ringgit Malaysia (RM) dan dollar Amerika Serikat (USD).

Baca Juga:
Pinggiran Tripoli Menjadi Tempat Faksi Bersenjata Libya Bentrok, Kenapa?

Beberapa komoditas yang diperdagangkan di BMD antara lain Crude Palm Oil Futures (FCPO), USD Crude Palm Oil Futures (FUPO), USD RBD Palm Olein Futures (FPOL), Crude Palm Kernel Oil Futures (FPKO), Options on Crude Palm Oil Futures (OCPO), dan USD RBD Palm Olein Options (OPOL).

Selain itu, banyak perkebunan kelapa sawit di Indonesia juga sejatinya dimiliki oleh perusahaan asal Malaysia dan Singapura.

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat investasi asing atau penanaman modal asing (PMA) di sektor pertanian pada periode 2015-Maret 2021 masih didominasi investasi perkebunan sawit.

Realisasi PMA sektor pertanian yang didominasi perkebunan kelapa sawit pada periode 2015 – Maret 2021 mencapai 9,5 miliar dolar AS atau berkontribusi sekitar 5,2 persen dari terhadap total PMA di Indonesia.

Baca Juga:
Unit Glencore Mengaku Bersalah Atas Penyuapan Di Afrika

Lebih rinci lagi, investasi asing di Tanah Air tersebut berasal dari Singapura (53,7 persen) dan Malaysia (15,8 persen).

Sebagai informasi, sawit sendiri sebenarnya berasal dari Afrika Barat. Tumbuhan ini yang masuk genus Elaeis dan ordo Arecaceae awalnya merupakan tanaman yang tumbuh liar di dataran rendah.

Kelapa sawit diperkenalkan ke Malaysia oleh Inggris dan ke Indonesia oleh Belanda pada pertengahan 1800-an dan pertama kali ditanam sebagai pohon hias.

Namun karena produksinya minyaknya yang melimpah dan murah ketimbang minyak nabati lain seperti kedelai, jagung, dan bunga matahari, membuat pamornya dengan cepat melesat.

Baca Juga:
Gokil! Keuntungan Terbesar Dalam 114 Tahun Sejarah Setelah Harga Minyak Dan Gas Melambung

Pertumbuhan perkebunan kelapa sawit relatif sangat cepat. Setiap tahun, kebun sawit baru terus dibuka, meski kerapkali dihadang isu negatif terkait lingkungan.

Selain untuk minyak goreng, minyak kelapa sawit digunakan dalam berbagai macam produk makanan dan rumah tangga, mulai dari biscuit, es krim, cokelat, hingga sabun dan kosmetik, serta bahan bakar nabati.

Malaysia dan Indonesia menyumbang sekitar 90 persen dari produksi minyak sawit global.

[rik]

Komentar

Terbaru