Manaberita.com – VOLODYMYR Zelenskyy, Presiden Ukraina mengatakan jika, dia tidak lagi mendesak untuk menjadi anggota NATO di Ukraina, lantaran merupakan ada masalah sensitif yang menjadi salah satu alasan Rusia untuk menyerang tetangganya yang pro-Barat.
Dalam anggukan lain yang ditujukan untuk menenangkan Moskow, Zelenskyy mengatakan dia terbuka untuk “berkompromi” pada status dua wilayah pro-Rusia yang memisahkan diri yang diakui Presiden Vladimir Putin sebagai independen sebelum melepaskan invasi pada 24 Februari. Demikian seperti dikutip dari Liputan6.com via laman Channel News Asia, Rabu (9/3/2022).
“Saya telah tenang mengenai pertanyaan ini sejak lama setelah kami memahami bahwa … NATO tidak siap untuk menerima Ukraina,” kata Zelenskyy dalam sebuah wawancara yang disiarkan Senin malam di ABC News.
“Aliansi takut akan hal-hal kontroversial, dan konfrontasi dengan Rusia,” tambah presiden.
Mengacu pada keanggotaan NATO, Zelenskyy mengatakan melalui seorang penerjemah bahwa dia tidak ingin menjadi presiden dari “negara yang memohon sesuatu dengan berlutut”.
Rusia mengatakan tidak ingin negara tetangga Ukraina bergabung dengan NATO, aliansi transatlantik yang dibuat pada awal Perang Dingin untuk melindungi Eropa dari Uni Soviet.
Dalam beberapa tahun terakhir aliansi telah berkembang lebih jauh dan lebih jauh ke timur untuk mengambil negara-negara bekas blok Soviet, hingga membuat marah Kremlin.
Rusia melihat perluasan NATO sebagai ancaman, seperti halnya postur militer sekutu baru Barat ini di depan pintunya.
Sesaat sebelum dia mengejutkan dunia dengan memerintahkan invasi ke Ukraina, Putin mengakui sebagai dua “republik” separatis pro-Rusia di Ukraina timur – Donetsk dan Luhansk – yang telah berperang dengan Kyiv sejak 2014.
Putin sekarang ingin Ukraina juga mengakui mereka sebagai negara yang berdaulat dan mandiri.
Ketika ABC bertanya kepadanya tentang permintaan Rusia ini, Zelenskyy mengatakan dia terbuka untuk berdialog.
“Saya berbicara tentang jaminan keamanan,” katanya.
(Rik)