CEO Prancis Hadapi Deportasi Di Tengah Krisis Bahan Bakar Kenya, Ada Apa?

anaberita.com – DILAPORKAN pihak berwenang Kenya telah membatalkan izin kerja seorang kepala eksekutif Prancis dari salah satu pemasok minyak terbesar di Kenya di tengah krisis kekurangan bahan bakar.

Dilansir BBC, pemerintah dikatakan telah memerintahkan deportasi Christian Bergeron, kepala eksekutif Rubis Energy Kenya (anak perusahaan Rubis Group) yang berbasis di Prancis.

Regulator energi pada hari Selasa menuduh beberapa pemasar minyak menahan pasokan bahan bakar ke pasar lokal dan memprioritaskan ekspor ke negara-negara tetangga.

Regulator mengatakan perusahaan-perusahaan ini akan dihukum dengan membatasi volume bahan bakar yang diizinkan untuk diimpor selama tiga bulan ke depan.

Perusahaan bahan bakar Kenya menjual sekitar 65% dari impor mereka ke pasar lokal dan sisanya ke negara tetangga yang terkurung daratan Uganda, Rwanda dan Republik Demokratik Kongo.

Ada kekurangan besar komoditas dalam beberapa minggu terakhir di seluruh negeri, dengan antrian panjang terbentuk di stasiun pompa.

Pihak berwenang Kenya mengatakan ada cukup stok di fasilitas penyimpanan.

Baca Juga:
Produksi Minyak Rusia Akan Turun 30%

Ada spekulasi bahwa beberapa pemasar telah menimbun bahan bakar untuk mengantisipasi kenaikan harga pada hari Kamis ketika regulator meninjau harga untuk bulan depan.

Para ahli mengatakan krisis saat ini di Kenya disebabkan oleh penundaan pencairan subsidi bahan bakar yang harus dibayar kepada pemasar minyak.

Kenya mensubsidi harga bahan bakar untuk melindungi konsumen dari harga pompa bahan bakar yang lebih tinggi.

Baca Juga:
Jordan Menembak Jatuh Drone Sarat Sabu Dari Suriah, Apa Yang Didapat?

Tetapi para pemasar minyak telah mengeluhkan penundaan oleh pemerintah untuk memberikan kompensasi kepada mereka atas harga subsidi pemerintah yang mereka kenakan kepada konsumen.

Pemerintah merilis beberapa pembayaran yang tertunda minggu lalu.

[Bil]

Komentar

Terbaru