Manaberita.com – PENGADILAN Rusia mengungkapkan Meta telah melakukan kegiatan ekstremis, dan secara efektif mengukuhkan pemblokiran terhadap Facebook dan Instagram di negaranya. Akan tetapi menariknya, pengadilan tetap mengizinkan WhatsApp untuk beroperasi di Rusia.
Seperti dikutip dari detikcom, via Wired. Hal tersebut di sampaikan oleh pengadilan Rusia.
“Keputusan ini tidak berlaku terhadap aktivitas messenger Meta, WhatsApp, karena tidak berfungsi untuk penyebaran informasi ke publik,” kata pengadilan Rusia, seperti dikutip dari Wired.
Keputusan ini tentu membuat beberapa pihak bertanya-tanya mengapa WhatsApp bisa lolos begitu saja. Seperti diketahui, Facebook dan Instagram telah diblokir sejak awal Maret setelah bentrok dengan Kremlin terkait penyebaran konten terkait invasi di Ukraina.
Bagi beberapa pengamat, lolosnya WhatsApp dari jerat pemblokiran menunjukkan kebijakan pemerintah Rusia yang semakin tidak menentu. Kelompok lainnya berpikir bahwa Kremlin khawatir warga Rusia akan protes karena kehidupan sehari-harinya sudah terdampak sanksi dan kelangkaan bahan pangan.
Menurut data Statista, WhatsApp merupakan salah satu aplikasi terpopuler di Rusia dengan 84 juta pengguna aktif bulanan per Januari 2022. Dengan popularitas tersebut, pemerintah Rusia khawatir akan terjadi reaksi politis jika WhatsApp diblokir.
“Negara (Rusia) sedang mencoba menghitung kerugian tambahan. Anda tidak bisa membandingkan WhatsApp di Rusia dengan WhatsApp di Brasil, contohnya,” kata peneliti di German Council on Foreign Relations, Alena Epifanova.
Epifanova menambahkan penggunaan WhatsApp di Rusia sebagian besar tidak dilakukan untuk tujuan politik. Aplikasi messaging ini digunakan oleh warga untuk chatting dengan teman dan keluarganya, sehingga ada risiko protes dari orang-orang yang menggunakan WhatsApp hanya untuk tujuan privasi bukan politik.
Saat mengumumkan pemblokiran platform asing, pemerintah Rusia memang terlihat menyasar layanan yang kurang populer. Contohnya, Twitter yang merupakan aplikasi terpopuler ke-11 diblokir pada 4 Maret.
Facebook dan Instagram, platform terpopuler ke-7 dan ke-4, juga menghilang di bulan Maret. Meski begitu, WhatsApp dan YouTube yang merupakan dua platform AS paling populer di Rusia masih beroperasi dengan normal.
“Terlepas dari kenyataan bahwa YouTube melanggar setiap peraturan di internet di Rusia, mereka tidak diblokir, dan tidak akan diblokir, karena audiensnya terlalu besar,” kata co-founder Internet Protection Society Leonid Volkov.
Selain masalah popularitas, Rusia juga enggan memblokir WhatsApp dan YouTube karena satu masalah sederhana: tidak ada platform lokal yang bisa menggantikan keduanya.
Rusia sudah menciptakan pengganti YouTube bernama RuTube, tapi menurut Volkov pengguna layanan ini hampir tidak ada. Sementara itu, hubungan Kremlin dengan kompetitor utama WhatsApp, Telegram, tidak begitu harmonis.
Rusia pernah memblokir Telegram pada tahun 2018, tapi kemudian mencabut pemblokirannya dua tahun kemudian. Kini di tengah invasi, Telegram jadi platform messaging pilihan warga Rusia.
Tapi sepertinya Rusia akan memiliki pengganti WhatsApp versinya sendiri dalam waktu dekat. Kabarnya perusahaan internet Rusia VK Group berencana menghidupkan kembali layanan messaging ICQ yang pernah populer di awal tahun 2000-an.
“Saya tidak yakin mereka akan sukses dengan ICQ. Ini semacam guyonan karena layanan itu sangat jadul. Saya rasa ini merupakan bagian dari proyek lebih besar untuk menggantikan semua platform media sosial atau pesan instan AS dengan layanan yang bisa dikontrol,” kata Epifanova.
(Rik)