Manaberita.com – PENGGUNAAN air panas di kota Hanover di Jerman dilarang, mereka juga melarang penggunaan air panas di gedung-gedung publik.
Tak hanya itu pemerintah setempat juga mengenalkan langkah-langkah untuk mengurangi pemanasan dan penggunaan energi.
Diketahui hal itu dilakukan lantaran Eropa menghadapi potensi krisis gas alam pada musim dingin ini.
“Setiap kilowatt per jam yang dihemat, menghemat tangki penyimpanan gas,” jelas Kantor Wali Kota Hanover dalam rilis berita, sebagaimana dikutip dari CNN, Sabtu (30/7).
Hanover merupakan kota pertama di Jerman yang beralih ke pancuran air dingin di gedung-gedung umum. Kemudian, kota tersebut juga tak menyediakan air panas untuk mencuci tangan dan penggunaan lain di fasilitas pemerintah, pusat kebugaran, dan kolam renang.
Kota yang terletak di barat laut negara itu juga akan mengurangi penggunaan pemanas di gedung publik dan menghentikan penerangan gedung publik pada malam hari.
Tak hanya itu, Hanover juga akan mematikan air mancur umum.
Wali Kota Belit Onay mengatakan langkah tersebut bertujuan untuk mengurangi konsumsi energi sebesar 15 persen.
Lebih lanjut, ia menjelaskan ini adalah respons terhadap ancaman kekurangan gas, yang merupakan tantangan besar bagi kotamadya, terutama untuk kota besar seperti Hanover.
“Situasinya tidak dapat diprediksi, seperti yang ditunjukkan beberapa hari terakhir. Namun demikian, ibu kota negara berusaha untuk mempersiapkan sebaik mungkin,” kata Onay.
Di seluruh Uni Eropa, berbagai negara anggota berebut untuk menghemat gas dan menyimpannya untuk musim dingin.
Pada Selasa (26/7) waktu setempat, para menteri energi sepakat pada prinsipnya untuk memotong penggunaan gas sebesar 15 persen dari Agustus hingga Maret.
Blok tersebut sudah mencoba untuk dengan cepat mengurangi impor gas Rusia sejak Moskow menginvasi Ukraina pada akhir Februari dan sudah berjanji untuk memutuskan ketergantungannya sepenuhnya pada tahun 2027 mendatang.
Jerman secara historis mengandalkan gas Rusia untuk memberi daya pada rumah dan bisnisnya. Negara itu sudah berhasil memangkas bagian Moskow dari impor gasnya menjadi 35 persen dari 55 persen sejak perang dimulai.
Melansir dari CNN Indonesia, Sebagai informasi, raksasa energi negara Rusia bernama Gazprom memotong aliran melalui pipa Nord Stream 1 sebesar 60 persen pada bulan lalu. Mereka menyalahkan Barat sebab menahan peralatan vital karena sanksi.
Langkah itu mendorong Jerman untuk menyatakan ‘krisis gas’ dan mengaktifkan fase kedua dari program darurat gas tiga tahap, membawanya selangkah lebih dekat ke penjatahan pasokan ke industri.
Awal pekan ini, Gazprom kembali memangkas pengiriman melalui pipa menjadi hanya 20 persen dari kapasitas dengan alasan pekerjaan pemeliharaan.
(Rik)