MANAberita.com – KEDUTAAN Besar (Kedubes) Selandia Baru di Jakarta buka suara setelah warganya yang merupakan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, dilaporkan hilang di Papua usai pesawat yang dibawanya dibakar Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada Selasa (7/2).
OPM sempat mengklaim tengah menyandera sang pilot lantaran menilai Selandia Baru bekerja sama secara militer dengan Indonesia. Belakangan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono menyatakan Mark Mehrtens menyelamatkan diri usai pesawat yang dipilotinya diduga dibakar OPM.
“Kami mengetahui situasi terkait pilot Selandia Baru di Papua. Untuk alasan pribadi, kami tak akan berkomentar lebih jauh,” demikian pernyataan resmi Kedubes Selandia Baru, Rabu (8/2).
Namun, Kedubes Selandia Baru menyediakan dukungan konsuler untuk keluarga Philips.
“Kedutaan Besar Selandia Baru menyediakan kekonsuleran untuk mendukung keluarga,” lanjut mereka.
Perdana Menteri Selandia Baru Chris Hipkins turut berkomentar menyoal Philip. Ia mengatakan bahwa dukungan konsuler telah diberikan kepada keluarga Philips.
Hipkins juga menegaskan pemerintah akan ‘meminimalkan’ komentar publik terkait Philip, demikian dikutip Stuff.
Sebelumnya, kelompok Organisasi Papua Mederka (OPM) pimpinan Egianus Kogoya membakar pesawat Susi Air di Bandara Distrik Paro, Nduga, pada Selasa.
Pesawat tersebut membawa lima penumpang dan 452 kg logistik dari bandara di Timika.
Saat pesawat terbakar, pilot maupun penumpang tidak diketahui keberadaannya.
Juru Bicara Komnas Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) Sebby Sambom kemudian mengatakan pihaknya menyandera Philip.
“Pilotnya kami sudah sandera dan kami sedang bawa keluar. Untuk itu anggota TNI-Polri tak boleh tembak atau interogasi masyarakat sipil Nduga sembarang,” ujar Sebby dalam keterangan resmi.
Sebby juga mengatakan mereka “tak akan pernah melepas” Philip kecuali Indonesia mengakui dan membebaskan Papua. Selain itu, ia menegaskan pilot itu masih hidup tetapi tak mengungkapkan lokasi persisnya.
Sementara itu, Kapendam XVII/Cenderawasih Kolonel Kav Herman Taryaman mengatakan kelompok tersebut juga diduga membawa GPS pesawat.
“GPS pesawat dibawa lari yang diduga dilakukan oleh Kelompok Separatis Teroris pimpinan Egianus Kogoya menuju hutan,” kata Herman.
Di Papua konflik antara pasukan pemberontak dan pasukan keamanan Indonesia kerap terjadi.
Wilayah itu menjadi salah satu provinsi di Indonesia usai pemungutan suara pada 1969. Namun, beberapa pihak menilai voting tersebut palsu. Sejak saat itu, pemberontakan kerap meletus di Papua dan Papua Barat.
(sas)